Stiff person syndrome adalah salah satu jenis penyakit langka yang menyasar pada sistem saraf. Biasanya si pengidapnya akan mengalami kejang pada otot dan menurunnya kepekaan terhadap sentuhan.
Hingga kini, yang menjadi penyebab pasti stiff person syndrome masih terus diteliti. Namun, dari sebagian besar ahli menduga kalau penyakit saraf tersebut disebabkan oleh gangguan autoimun. Untuk kondisi ini biasanya sering terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan benda asing (bakteri dan virus) malah menjadi penyebab rusaknya sel-sel yang sehat.
Kamu tentunya ingin tahu lebih banyak tentang penyakit ini. Untuk itu kami akan membahas tapi lengkap terkait stiff person syndrome dalam artikel ini. Jadi, simak hingga selesai, ya!
Apa itu Stiff Person Syndrome?
Stiff person syndrome adalah suatu penyakit yang menyerang sistem saraf otak, sehingga menyebabkan gejala kekakuan dan juga kejang pada pengidapnya. Penyakit ini termasuk ke dalam jenis penyakit fisik dan harus segera ditangani agar gejala yang dialami tidak semakin parah. Untuk itu, perlu disadari sejak dini jika memang memiliki gangguan ini.
Penyebabnya Stiff Person Syndrome
Dilansir dari sebuah situs kesehatan, sindrom langka ini biasanya terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang protein yang disebut dekarboksilase asam glutamat (GAD). Pasalnya, protein tersebutlah yang membuat zat dengan disebut asam gamma-aminobutirat (GABA). Nah, GABA termasuk dalam mengatur gerakan saraf dengan mengurangi aktivitas saraf.
Ketika jumlah GABA yang semakin rendah, saraf-saraf tersebut akan selalu aktif terus. Karena kemungkinan, kondisi tersebut yang menyebabkan kejangnya otot pada pengidap stiff person syndrome. Nyatanya, lebih dari 60 persen pengidap sindrom ini menjadi memiliki sel anti-GAD dalam darah dan cairan serebrospinal atau cairan yang mengelilingi otak.
Dan, selain rendahnya jumlah GABA, dari sebagian besar pengidap stiff person syndrome juga mengidap penyakit autoimun lainnya, seperti diabetes tipe 1, vitiligo dan anemia pernisiosa. Sebab, karena kondisi ini juga rentan menyasar dengan mengidap kanker. Meskipun begitu, seluruh dugaan tersebut masih harus terus diteliti dengan benar.
Termasuk juga pada gangguan neurologis langka, Stiff Person Syndrome atau SPS hanya akan menyerang sekitar satu dari satu juta orang.
Gejala Stiff Person Syndrome
Umumnya, Gejala Stiff Person Syndrome yang merupakan penyakit langka ini bisa juga memakan waktu beberapa bulan hingga tahun untuk berkembang. Pasalnya, sindrom ini mempunyai khas dengan dua tanda, yaitu kekakuan dan kejang.
Pada kebanyakan kasus lainnya, torso atau otot pada dada, perut, dan punggung merupakan bagian pertama yang menjadi kaku dan tampak membesar. Bagian tubuh ini yang akan mengalami gejala seperti nyeri, kekakuan otot, dan rasa tidak nyaman.
Awal mulanya, rasa kaku datang dan pergi. Namun, pada akhirnya, kekakuan tersebut akan terasa terus-menerus. Seiring berjalan waktu, kekakuan akan menjalar ke otot kaki dan beberapa bagian tubuh lain termasuk lengan dan wajah.
Saat otot di hampir seluruh tubuh terasa menjadi kaku, postur tubuh si penderita umumnya akan berubah menjadi membungkuk. Di sisi lain juga, penderita Stiff Person Syndrome ini juga akan mengalami gejala kejang. Kejang bisa berlangsung selama beberapa detik, menit, bahkan dalam kasus tertentu bisa mencapai beberapa jam.
Terkadang, yang mengalami kejang cukup parah banyak menyebabkan bagian tubuh terkilir, patah tulang, atau jatuh tanpa bisa dikendalikan. Kejang juga akan memperburuk kekakuan pada otot.
Kejang tersebut dapat terjadi tanpa alasan atau disebabkan suara yang keras, sentuhan fisik ringan, lingkungan yang dingin, dan tekanan emosional.
Biasanya, kondisi ini akan terjadi pada seluruh tubuh atau hanya area tertentu saja. Kendati demikian pula, kejang umumnya akan berkurang saat si penderita tidur.
Cara Mendiagnosis Stiff Person Syndrome
Tidak mudah untuk seorang dokter mendiagnosis stiff person syndrome. Pasalnya, dokter sendiri perlu mencari gejala khas sindrom ini dan melakukan pemeriksaan secara komprehensif.
Pada umumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan seperti tes darah dan menganalisis cairan tulang belakang untuk membantu proses diagnosis. Tes tambahan tersebut dapat membantu dokter untuk mencari berapa tingkatan kadar antibodi GAD.
Namun, selain tes-tes di atas, pemeriksaan elektromiografi juga dapat dilakukan untuk mempelajari aktivitas listrik otot rangka. Mulanya, hal ini yang akan melewati pemeriksaan tersebut, supaya dokter bisa mengidentifikasi gerakan abnormal yang umumnya dialami oleh si pengidap sindrom ini.
Pengobatan Stiff Person Syndrome
Apakah stiff person syndrom dapat diobati? Sekilas mungkin pertanyaan itu muncul di pikiran Anda. Sayangnya, hingga sejauh kini orang yang mengalaminya belum ditemukan obat untuk stiff person syndrome. Namun, dokter akan meresepkan sejumlah obat-obatan untuk meredakan gejalanya. Misalnya seperti obat penenang, pelemas otot, dan steroid. Dan Imunoglobulin intravena dan plasmaferesis adalah sebuah imunoterapi yang kerap diresepkan untuk mengelola gangguan autoimun.
Selain obat-obatan tersebut, pengidapnya juga sangat dianjurkan untuk menjalani terapi fisik guna untuk mencegah kelumpuhan dini. Jika punya pertanyaan lain seputar masalah kesehatan, hubungi dokter segera atau datang ke rumah sakit untuk mengetahui kondisi tersebut, Dokter yang ahli di bidangnya akan menjawab pertanyaan kamu sekaligus memberikan solusi terbaik. Maka dari itu, jangan tunda sebelum kondisinya menjadi memburuk.
Kesembuhan pasien penderita stiff person syndrome bergantung pada perawatannya. Jika tidak segera dimulai perawatan dengan baik, mungkin akan semakin parah dan semakin sulit untuk disembuhkan.
Penutup
Demikian pembahasan tentang Stiff Person Syndrome yang dapat kami berikan untuk para pembaca. Semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk Anda.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka