Misophonia: Penyebab, Gejala dan Cara Pengobatan - Ashefa Griya Pusaka

Misophonia: Penyebab, Gejala dan Cara Pengobatan

Misophonia: Penyebab, Gejala dan Cara Pengobatan
Share on:

Misophonia adalah saat seseorang merasa tidak nyaman dan benci pada suara tertentu. Misalnya suara orang mengunyah, bernafas, bersiul, memainkan pulpen dan lainnya. Saat ada yang membuat tidak nyaman penderita misophonia akan merasa kesal, jijik dan parahnya mengalami serangan panik. 

Penyebab misophonia berhubungan dengan kerja otak yang berhubungan dengan telinga sangat sensitif pada suara dan tidak bisa mentolerir jika ada suara yang mengganggu. Ketahui lebih jelas mengenai penyebab terjadinya misophonia, gejala dan cara pengobatan di artikel ini. 

Apa itu Misophonia ? 

Misophonia adalah kondisi saat seseorang benci suara tertentu dan merasa sangat terganggu. Seperti suara orang lain bernafas, mengunyah, mengecap bibir, mengetik dan sebagainya. Misophonia disebut juga selective sound sensitivity syndrome. Ketika mendengar suara yang dibencinya maka akan kesal, marah, mengalami serangan panik dan menghindari kontak sosial. 

Penderita misophonia memiliki kepekaan yang tinggi terhadap suara-suara tertentu sehingga merasa terganggu. Namun, tidak berdampak apa-apa jika suara yang dihasilkan dari diri sendiri. Misophonia bisa terpicu oleh suara yang berbeda-beda, yang awalnya hanya satu jenis suara, seiring waktu akan lebih banyak jenis suara lain. 

Penyebab Misophonia 

Penyebab misophonia belum diketahui secara pasti namun ada beberapa hal yang menandai faktor pemicu yaitu : 

1. Proses otak dalam memilih suara tertentu 

Pada penderita misophonia bagian otak yang berfungsi memproses suara mengalami hipersensitivitas. Sehingga menyebabkan otak tidak bisa memilih suara dan menjadi terlalu peka dan dapat memicu respon negatif pada tubuh. 

2. Penyakit tertentu

Misophonia juga bisa disebabkan karena adanya gangguan mental seperti OCD, sindrom tourette, ADHD, telinga berdenging atau tinnitus. Riwayat keturunan yang mengalami misophonia juga bisa lebih beresiko mengalaminya. 

Suara yang dapat menjadi pemicu misophonia:

  • Suara mendecakan lidah 
  • Mengunyah saat makan 
  • Memainkan pulpen 
  • Langkah kaki
  • Detak jam 
  • Bersiul
  • Suara kantong plastik yang diremas 
  • Anjing menggonggong
  • Mengetik
  • Menyeruput 
  • Bernafas 

Gejala Misophonia

Gejala misophonia berupa respon negatif, diantaranya : 

  • Marah dan kesal dan bisa menyebabkan kekerasan fisik dan verbal 
  • Rasa cemas, jijik, dan takut 
  • Ingin menghindari sumber suara 
  • Merasa sangat terganggu 
  • Tubuh terasa kaku 
  • Tekanan darah meningkat
  • Otot tegang 
  • Sakit dada 
  • Sakit perut 

Pengobatan Misophonia

  1. Terapi perilaku kognitif, bertujuan mengubah pikiran negatif penderita misophonia menjadi lebih positif. 
  2. Obat-obatan, obat diberikan oleh dokter atau psikiater saat mengalami bersama gangguan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan.
  3. Tinnitus retraining therapy, pasien akan dipasangkan alat yang menghasilkan suara pengalih. Dan diajarkan agar tidak menghiraukan suara pemicu dan teknik relaksasi untuk mengatasi stress. 

Hal yang bisa dilakukan oleh diri sendiri saat mengalami misophonia adalah : 

  1. Menggunakan penutup telinga saat berada dalam keramaian atau mendengarkan musik memakai earphone saat mulai terganggu
  2. Menggunakan alat penghasil bunyi yang menenangkan seperti suara hujan atau atau suara ombak 
  3. Mengelola stres dengan baik 
  4. Melakukan teknik relaksasi seperti teknik pernafasan saat muncul perasaan negatif setelah mendengar suara pemicu. 

Kesimpulan 

Misophonia adalah kondisi seseorang benci dan sangat terganggu dengan suara tertentu. Misalnya suara orang mengunyah, bersiul, langkah kaki, kantong plastik yang diremas, menyeruput, dan sebagainya. Penyebabnya karena proses otak dalam memilih suara tertentu, adanya penyakit yang menyertai seperti OCD, ADHD, tinnitus, sindrom tourette dan faktor keturunan. 

Gejala misophonia berupa rasa cemas, jijik dan takut, otot tegang, sakit dada, merasa sangat terganggu, tidak nyaman, sakit perut, tubuh kaku, dan sebagainya. Cara pengobatannya yaitu terapi perilaku kognitif, obat-obatan dan tinnitus retraining therapy.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top