Profil Pengguna Narkoba #Chapter1 - Ashefa Griya Pusaka

Profil Pengguna Narkoba #Chapter1

Profil-pengguna-narkoba
Share on:

Siapa saya?

Saya terlahir dari keluarga sederhana yang bahagia. Saya adalah anak pertama dari 4 bersaudara yang menjadi harapan orang tua dan keluarga. Dari latar belakang keluarga sumatera utara, dimana anak laki-laki adalah harapan penerus nama keluarga tentunya orang tua saya sangat mengharapkan saya menjadi orang yang berhasil.

Tahun demi tahun kulewati dengan sangat bahagia, karena saya adalah cucu pertama, maka saya lebih sering berada di rumah kakek nenek dari pihak ibu. Mereka sangat memanjakan saya secara materi, hampir apapun yang saya minta pasti dituruti. Saat saya sudah mulai sekolah, saya selalu menunggu hari sabtu, hari dimana saya menginap di nenek.

Berbanding terbalik dengan nenek dan kakek, Ayah saya mengajarkan konsep \”No Free Lunch\” dan edukasi adalah prioritas sejak saya masih di sekolah dasar. Ayah saya akan memberikan apapun yang saya minta dengan syarat saya berprestasi di sekolah. Pola asuh ayah yang tertanam sampai saat ini terhadap saya, bahwa perlu usaha ekstra dan kerja keras untuk mendapatkan sesuatu yang saya mau. Almarhumah Mamaku adalah wanita yang sangat tegas dalam caranya mendidik, bagi beliau prioritas utama adalah Agama. Pola asuh beliau yang tegas dan cenderung “cerewet” sangat saya rasakan manfaatnya sampai saat ini.

Pada masa SMA, saya termasuk murid yang cenderung “ga gaul”, saya tidak diizinkan untuk keluar malam sebagaimana teman-teman saya saat itu. Saya merasa iri bila setiap hari senin teman-teman bercerita mengenai keseruan mereka balapan liar, mclub, ebony, b-one atau sebatas nongkrong di pinggir jalan. Hal tersebut berlangsung hingga satu waktu, teman saya mengajarkan supaya saya diizinkan keluar malam minggu, yaitu dengan cara kabur tanpa izin, hingga orang tua bosan memarahi hingga akhirnya mengizinkan.

Dari seluruh kenakalan yang saya lakukan di masa SMA, saya sama sekali tidak pernah menyentuh narkotika. Jenis narkotika yang marak pada saat itu seperti ganja, pil koplo yang murah atau alkohol. Saya hanya melihat teman-teman yang datang ke sekolah dalam keadaan ‘”teler” dan tidak terpikir sama sekali untuk mencoba.

Pernah sesekali saya mencoba ganja dan alkohol, namun saya sangat tidak suka dengan efek yang ditimbulkan yang membuat saya kapok untuk mencobanya kembali.  Hingga akhirnyasaat saat lulus-lulusan sma, teman saya mengajak saya ikut ke mobilnya dan mengeluarkan gulungan uang (bong), kertas timah, dan sepaket putaw yang saat itu sangat menjadi trend. Pembenaran bahwa tidak ada salahnya mencoba sesekali apalagi untuk merayakan kelulusan SMA akhirnya membuat saya menggunakan narkotika jenis putaw untuk pertama kalinya……

Sepenggal cerita diatas merupakan salah satu contoh kronologi awal penggunaan narkotika yang berujung pada tahap kecanduan. Diagnostic Statistic Manual (DSM) 5 mengenali gangguan terkait penggunaan zat dihasilkan dari penggunaan 10 jenis zat yang antara lain: alkohol, kafein, ganja, halusinogen, inhalansia, opioid, obat penenang, hipnotik, stimulan (termasuk zat jenis amfetamin, kokain, dan stimulan lainnya), tembakau dan zat lain atau yang tidak diketahui.[1]

Mekanisme farmakologis untuk setiap jenis zat berbeda. Tetapi aktivasi sistem penghargaan serupa di seluruh zat dalam menghasilkan perasaan senang atau euforia, yang sering disebut sebagai high. DSM 5 mengakui bahwa tidak semua orang secara otomatis memiliki kerentanan yang sama untuk mengembangkan gangguan terkait penggunaan narkotika. Beberapa orang memiliki tingkat pengendalian diri yang lebih rendah yang mempengaruhi mereka untuk mengembangkan masalah jika mereka terpapar narkotika.

Terdapat dua kelompok gangguan terkait zat yaitu gangguan penggunaan zat dan gangguan akibat penggunaan zat. Gangguan penggunaan zat adalah pola gejala akibat penggunaan zat yang terus menerus dikonsumsi, meskipun berakibat timbulnya masalah dalam setiap aspek kehidupannya. Sedangkan gangguan akibat zat, termasuk intoksikasi, putus zat, dan gangguan mental akibat zat/obat lainnya, dirinci bersama gangguan penggunaan zat.

Beberapa ciri dan gejala umum yang terjadi bagi pengguna narkotika yang memiliki masalah dengan penggunaannya antara lain terjadinya toleransi dosis, yaitu kebutuhan akan jumlah narkotika yang lebih besar untuk mendapatkan efek “high” yang sama, Kegagalan dalam upaya memberhentikan penggunaan narkotika, memprioritaskan penggunaan narkotika dalam kesehariannya, Timbulnya paksaan secara fisik dan psikis untuk Kembali menggunakan narkotika,

Tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan tanpa didahului dengan menggunakan narkotika, dan lainnya.

Selain dari definisi yang tertera dalam DSM 5, World Health Organization (WHO) menerapkan definisi gangguan penyalahgunaan zat (substance use disorder) melalui International Clasification of Disease (ICD) edisi ke-11. Terdapat perbedaan konseptual antara pemahaman ICD tentang gangguan penggunaan narkotika dengan sistem DSM, terutama DSM-5. ICD-11 menekankan Ketergantungan narkotika sebagai sindrom klinis.

Asumsi yang mengatakan bahwa penyebab orang menggunakan narkotika karena broken home, depresi, dan lain-lain dapat dibantah dengan kedua referensi diatas yang menyatakan bahwa penggunaan narkotika adalah sebuah gangguan kepribadian. Terdapat faktor utama dan faktor pendukung terhadap seseorang hingga ia memutuskan untuk menggunakan narkotika. Hal ini yang tidak dapat digeneralisir untuk setiap orang.

Mengapa saya jadi pecandu?

Alasan setiap orang mengapa ia menggunakan narkotika sangat beragam. Pertanyaan terbesar yang timbul adalah apakah setiap orang yang menggunakan narkotika dipastikan akan menjadi pecandu atau berada dalam tahap ketergantungan? Definisi “pecandu” menurut Undang-undang Narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika dan berada dalam keadaan ketergantungan baik secara fisik maupun psikis akibat penggunaan atau penyalahgunaan narkotika.[2] Unsur ketergantungan secara fisik dan psikis dalam pasal tersebut merupakan penentu apakah ia adalah pecandu atau bukan.

Beberapa orang menggunakan narkotika  untuk menghindari atau mengurangi rasa sakit fisik atau psikologis. Mayoritas orang yang menggunakan narkotika ingin merasa lebih baik atau menjadi berbeda dan umumnya ingin mengubah sesuatu tentang kehidupan mereka. Menggunakan narkotika bukanlah masalah pilihan individu atau moralitas, tetapi ada berbagai alasan yang menempatkan beberapa individu yang berisiko menggunakan narkotika.

Setiap jenis narkotika memiliki efek yang berbeda sesuai dengan penggolongannya. Efek ini sejalan dengan dampak yang ditimbulkan terhadap setiap individu yang menggunakannya. Misalnya orang dapat menggunakan ganja atau minum alkohol untuk bersantai dan menghilangkan stres dan orang lain suka menggunakan jenis kokain untuk meningkatkan energi dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Jenis narkotika yang digunakan oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh ketersediaan, harga dan kemurnian narkotika tersebut.

Tahapan penggunaan narkotika yang dimulai dengan coba-coba (eksperimental) lalu penggunaan regular hingga ke tahap ketergantungan tentunya tidak dapat digeneralisir ke setiap individu. Untuk sampai ke tahap ketergantungan disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kerentanan genetik, stres lingkungan, tekanan sosial, karakteristik kepribadian individu, dan masalah kejiwaan. Tetapi faktor mana yang memiliki pengaruh terbesar pada satu orang tidak dapat ditentukan dalam semua kasus.

gambar narkoba Profil Pengguna Narkoba #Chapter1

Berdasarkan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai gangguan penggunaan narkotika, nikotin dan kafein yang merupakan zat legal yang mudah diperoleh pun merupakan salah satu jenis zat yang apabila dikonsumsi dapat merupah mood, pola pikir atau perilaku. Rokok yang mengandung nikotin pun mengakibatkan ketergantungan. Setiap perokok pasti memahami bagaimana sulitnya untuk berhenti merokok.

Salah satu jenis narkotika yang mengakibatkan ketergantungan yang sangat tinggi seperti heroin dari golongan opioid  memicu pelepasan endorfin, neurotransmiter perasaan bahagia dalam otak. Endorfin meredam persepsi tentang rasa sakit dan meningkatkan perasaan senang, menciptakan rasa sejahtera sementara namun kuat. Ketika dosis atau efek dari heroin tersebut berkurang atau habis, maka secara otomatis pengguna menginginkan perasaan positif dan bahagia itu kembali, sesegera mungkin dan situasi ini adalah tonggak pertama menuju kecanduan.

Mungkin tidak terlalu sulit untuk melihat dampak yang ditimbulkan dari ketergantungan narkotika pada seorang pengguna secara fisik. Lemas, emosi tidak stabil, perubahan perilaku menjadi agresif bahkan cenderung melakukan tindak kriminal, menggigil, dan lainnya. Ciri-ciri ini umumnya dialami oleh individu yang ketergantungan dengan heroin atau jenis narkotika dari golongan opioid. Namun akan sangat sulit melihat ketergantungan psikis yang ditimbulkan akibat penggunaan narkotika dari golongan narkotika yang lain.

Dorongan yang kuat untuk menggunakan narkotika kembali dari dalam diri tanpa adanya gejala putus zat secara fisik hanya bisa dirasakan dan diketahui oleh pengguna narkotika. Beberapa jenis narkotika dari golongan stimulan seperti amphetamine yang saat ini banyak digunakan seperti sabu umumnya memiliki efek meningkatkan stamina dan tingkat konsentrasi bagi yang menggunakan, hal ini yang umumnya dijadikan alasan, “biar badan tetep fresh aja buat kerja”, “biar ga ngantuk” dan lainnya. Untuk bisa mengetahui skala permasalahan penggunaannya, maka terdapat beberapa alat ukut yang umumnya digunakan oleh professional dan praktisi di bidang rehabilitasi.

Disamping penjelasan berdasarkan teori diatas, alasan lain yang mengakibatkan seseorang menjadi pecandu adalah label yang disematkan kepada pengguna narkotika. Hanya dengan mengetahui bahwa si A adalah pengguna narkotika maka disimpulkan bahwa yang bersangkutan adalah pecandu narkotika. Penggunaan narkotika adalah tindakan tidak bermoral, pelanggaran terhadap perintah Agama, dan sudah pasti tindak pidana. Stigma yang timbul di masyarakat ini yang mampu mengenyampingkan penilaian berdasarkan alat ukur berbasis bukti.. Penilaian tersebut tidak dapat disalahkan seratus persen, dikarenakan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku mendukung pernyataan-pernyataan tersebut.

gambar narkoba Profil Pengguna Narkoba #Chapter1

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dokter klinik adiksi Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, seorang pengguna narkotika dapat naik ke tahapan pecandu disebabkan adanya factor genetik ketergantungan DNA yang diwariskan oleh orang tua ke anaknya, lalu dilanjutkan dan didukung  oleh faktor lain seperti lingkungan sosial dan akses untuk mendapatkan narkotika. Penelitian tersebut menunjukan dari orang tua yang alkoholik, lima puluh persen responden anak-anaknya turut memiliki masalah penggunaan alkohol. Ia menuturkan bahwa masyarakat dan pemerintah tidak bisa memisahkan faktor biologis, psikolos dan sosial (bio-psycho-social) dalam permasalahan penggunaan narkotika.[3]

Bersambung..


[1] DSM adalah klasifikasi standar gangguan mental yang digunakan untuk tujuan klinis, penelitian, kebijakan, dan penggantian biaya di Amerika Serikat dan di tempat lain. Oleh karena itu memiliki kepentingan dan pengaruh luas pada bagaimana gangguan didiagnosis, diobati, dan diselidiki. Sejak publikasi pertamanya pada tahun 1952, DSM telah ditinjau dan direvisi empat kali; kriteria dalam versi terakhir, DSM-IV-TR, pertama kali diterbitkan pada tahun 1994. Sejak itu, pengetahuan tentang gangguan kejiwaan, termasuk gangguan penggunaan zat, telah berkembang pesat. Untuk mempertimbangkan kemajuan, versi baru, DSM-5, diterbitkan pada tahun 2013. Pada tahun 2007, APA mengumpulkan tim ahli multidisiplin, Kelompok Kerja Gangguan Terkait Zat DSM-5 (Tabel 1), untuk mengidentifikasi kekuatan dan masalah dalam pendekatan DSM-IV untuk gangguan penggunaan narkoba dan untuk merekomendasikan perbaikan untuk DSM-5.
[2] Pasal 1 angka 13, Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
[3] Dr. Kristiana Siste Kurniasanti, SpKj., Benarkah Faktor Genetik Picu Kecanduan Narkoba?, https://lifestyle.okezone.com/read/2017/07/27/481/1745032/benarkah-faktor-genetik-picu-kecanduan-narkoba, November 2021 

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top