Sabu sabu adalah zat adiktif yang mengandung senyawa narkoba lain yaitu amfetamin (ekstasi) dan beberapa bahan berbahaya lain. Sabu-sabu akan mengaktifkan sistem saraf pusat dan meningkatkan aktivitas mental tidak hanya menghilangkan kelelahan dan mengisi energi positif, tetapi juga dapat memiliki efek sebaliknya.
Sabu sebagai psikostimulan sintetis memiliki beberapa nama gaul lain diantaranya glass, ice atau meth. Sabu dianggap sebagai salah satu jenis narkotika terkuat. Ini adalah bubuk kristal berwarna putih. Untuk pembuatan sabu ini, amfetamin dan beberapa zat tambahan yang akan meningkatkan efek narkotika digunakan. Metamfetamin sebagai sediaan farmasi dijual dalam bentuk kapsul, tablet atau bubuk. Tidak mungkin mendapatkan sabu ini tanpa resep dokter.
Baca juga: Efek Samping Penggunaan Amfetamin dan Metamfetamin
Cara Kerja Sabu
Ketika sabu diproduksi secara sembunyi-sembunyi, maka komposisinya bisa sangat berbeda dari versi sediaan farmasi. Unsur-unsur beracun yang berbahaya bagi kesehatan manusia ditambahkan. Sebagai dasar, obat-obatan murah untuk flu biasa pun digunakan. Jika sabu tersebut berwarna biru, merah muda atau biru, maka itu diperoleh sebagai hasil penggabungan dengan senyawa kimia lain. Kombinasi komponen tersebutlah yang dengan cepat membuat tubuh penggunanya cepat rontok.
Baca juga: Kenali Bentuk Sabu dan Efek Mematikannya
Sabu bekerja dengan meningkatkan produksi hormon katekolamin. Saat mengkonsumsi sabu, maka sejumlah besar hormon adrenalin, serotonin, dan dopamin akan dilepaskan ke dalam tubuh, yang bertanggung jawab atas perasaan bahagia tanpa batas. Perbedaan utama antara sabu dan amfetamin adalah efeknya yang lebih lama dan lebih terasa pada tubuh.
Akibat Konsumsi Sabu
Zat narkotika yang satu ini memiliki efek nyata, mempengaruhi kerja seluruh sistem saraf pusat. Saat mengkonsumsi sabu maka sifat-sifat berikut akan muncul :
Baca juga: Apa Efek Samping dari Sabu? Ketahui Biar Gak Jadi Korban!
- Aktivitas mental. Efek metamfetamin pada tubuh adalah meningkatkan aktivitas mental, meningkatkan konsentrasi. Ketika sabu dikonsumsi maka pengguna akan merasakan gelombang kekuatan dan keceriaan. Senyawa ini akan mempertajam indera penglihatan, penciuman, pendengaran, dan lain-lain. Namun semua manifestasi tersebut hanya bersifat sementara. Saat efeknya hilang dan tak lagi mengkonsumsi maka semua emosi positif digantikan oleh yang negatif.
- Halusinasi. Ketika efek sabu hilang maka kecemasan pengguna meningkat, risiko serangan panik dan halusinasi juga meningkat. Perubahan kesadaran terjadi dalam beberapa detik setelah overdosis.
- Efek empatik. Emosi pecandu menjadi semakin parah, ia berempati dengan semua orang di sekitarnya, merasakan keharmonisan dan ketenangan.
Efek sabu berakhir 12-24 jam setelah konsumsi. Kemudian pecandu sabu pun mulai menarik diri, disertai gejala seperti flu: pilek, suara serak, kedinginan. Ada pikiran untuk bunuh diri, lekas marah, paranoia.
Kecanduan Sabu
Mengkonsumsi sabu dalam jumlah besar memungkinkan pengguna untuk tetap terjaga selama 2-3 hari. Jika dosisnya sedang, maka periode terjaga terus menerus dikurangi menjadi 8 jam. Seringkali, pecandu narkoba menggunakan narkoba ini selama beberapa hari tanpa istirahat yang menyebabkan kelelahan fisik dan mental. Kemudian, pecandu pun tertidur nyenyak dan sangat sulit untuk bangun. Tidur seperti itu tidak akan memberikannya kekuatan baru. Ketika bangun, suasana hatinya depresi, sehingga untuk menyingkirkannya, pecandu pun mengkonsumsi sabu lagi.
Baca juga: Cara Mengobati Kecanduan Narkoba Jenis Sabu
Terlepas dari metode penggunaannya, kecanduan pada sabu berkembang hanya setelah 1-2 penggunaan. Pecandu dengan cepat akan meningkatkan dosis untuk tetap mendapatkan euforia yang diinginkan. Toleransi fisik dan mental yang berkelanjutan terhadap sabu didiagnosis setelah 3-5 suntikan intravena atau 2-3 minggu menghisap sabu. Ada beberapa tanda utama seseorang kecanduan sabu yaitu :
- Pelebaran pupil
- Mulut kering
- Peningkatan keringat
- Panas dingin
- Kardiopalmus
- Kurang tidur yang berkepanjangan (hingga 3 hari)
- Hipertensi
- Munculnya borok pada kulit
- Masalah dengan saluran pencernaan (muntah, diare, kehilangan nafsu makan, dll.)
- Kondisi gigi yang buruk (menghitam)
- Kulit pucat
- Sifat lekas marah
- Kecemasan
Para ilmuwan pun telah membuktikan bahwa penggunaan sabu meningkatkan risiko terkena penyakit Parkinson. Selain itu, karena peningkatan neurotoksisitas zat, pengguna pun terkena psikosis berkepanjangan yang menyerupai skizofrenia. Ini bisa bertahan hingga 6 bulan dan resisten terhadap terapi.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka