Dampak Buruk Self-Diagnosis Pada Kesehatan Mental - Ashefa Griya Pusaka

Dampak Buruk Self-Diagnosis Pada Kesehatan Mental

Dampak Buruk Self-Diagnosis Pada Kesehatan Mental
Share on:

Pernahkah kamu mencari tahu tentang gejala sakit yang dirasakan untuk mengetahui penyakit apa? Kemudian, kamu beranggapan bahwa sedang menderita sakit tersebut. Self-diagnosis yaitu asumsi pribadi mengenai penyakit yang dibuat tanpa berkonsultasi dengan dokter. Pengakuan tersebut, dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

Informasi kesehatan yang ada di internet seharusnya menjadi acuan bagi kamu untuk menemui ahlinya, bukan mendiagnosis sendiri mengenai penyakit yang diderita. 

Adanya informasi di internet yang lengkap mengenai kesehatan merupakan kemajuan bahwa masyarakat peduli dengan kesehatan dan gangguan mental. Namun, disalahartikan sehingga meyakini bahwa diri sendiri menderita penyakit (Self Diagnosis) tanpa berkonsultasi dengan dokter. 

Meskipun, menunjukkan adanya gejala psikologis tertentu. Mendiagnosis sendiri adalah tindakan yang berbahaya karena belum tentu kamu benar-benar menderita penyakit tersebut. Lalu, apa dampak buruk dari self-diagnosis? Simak yuk penjelasannya.

Apa itu self diagnosis?

Self-diagnosis yaitu upaya mendiagnosis diri sendiri menurut informasi yang diperoleh secara mandiri dari sumber yang tidak profesional, seperti teman maupun keluarga, dan pengalaman di masa lalu.

Namun, mendiagnosis hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis profesional. Proses mengarah diagnosis yang tepat sangatlah tidak mudah, bahkan saat kamu berkonsultasi dengan dua dokter yang berbeda, hasilnya belum tentu sama.

Diagnosis harus ditentukan berdasarkan gejala, riwayat kesehatan, keluhan, serta faktor lainnya. Ketika mendiagnosis diri sendiri, biasanya seseorang menyimpulkan masalah kesehatan fisik maupun psikologis dengan berlandaskan informasi yang dimiliki.

Bahaya Self-Diagnosis

Ada dua kerugian yang kamu alami saat melakukan self-diagnosis yaitu membuat kamu berisiko mengalami salah diagnosis dan salah penanganan. Self-diagnosis tentunya bahaya untuk kesehatan mental. Berikut ini ulasan tentang bahaya self-diagnosis.

1. Risiko misdiagnosis

Bahaya Risiko misdiagnosis yang berdampak negatif pada diri sendiri, seperti seseorang yang melakukan self-diagnosis jika dirinya menderita gangguan kecemasan. Padahal, apabila mencari pertolongan dokter, ada kemungkinan lain berupa gejala fisik yang dialaminya. Bisa jadi bukan karena gangguan mental, melainkan penyakit fisik yang harus diobati seperti aritmia. 

Hal tersebut terjadi, karena tidak segera mencari bantuan profesional dan terlalu terburu-buru melakukan self-diagnosis bahwa menderita gangguan kecemasan. Jika melewatkan penanganan untuk kondisi aritmia atau gangguan jantung, maka akan lebih berisiko pada kesehatan tubuh. 

Ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi supaya dapat didiagnosis oleh ahli jiwa bahwa menderita gangguan mental. Sebab, gejala pada gangguan mental dengan yang lainnya mempunyai kesamaan. Jadi, jangan mendiagnosis sendiri, sebab cara tersebut salah.

2. Risiko kesalahan dalam penanganan

Bahaya selanjutnya risiko terjadinya kesalahan cara menangani gangguan yang belum tentu benar dialami. Seperti, beresiko mengkonsumsi obat ilegal. Selain itu, seringkali menimbulkan efek samping, interaksi obat, kesalahan dalam cara mengkonsumsi dan dosisnya.

Kamu juga tidak dianjurkan mengonsumsi obat orang lain yang tak dapat dikonsumsi oleh semua orang. Satu jenis obat mungkin aman dikonsumsi untuk temanmu. Namun, belum tentu berlaku juga untuk diri kamu. Jangan konsumsi obat, tanpa adanya anjuran dari dokter.

Selain itu, bahaya self-diagnosis yaitu membuat kamu menunda untuk periksa ke dokter atau berkonsultasi dengan ahlinya. Supaya memperoleh penanganan yang tepat. Melakukan tindakan self-diagnosis pada diri sendiri dan meyakini bahwa menderita gangguan mental, tidak membantu kamu untuk pulih. Malahan akan memperburuk kondisi kejiwaanmu.

Cara Mencegah Self-Diagnosis

Informasi yang lengkap di internet, seperti gejala gangguan mental, mengenai kesehatan mental, informasi obat penyakit mental hanya bisa dijadikan sebagai acuan untuk berkonsultasi dengan psikolog maupun psikiater. Kamu bisa menghindari self-diagnosis dan temui Psikiater.Jika kamu merasa mempunyai masalah psikologis sebaiknya pergi ke ahli kejiwaan.

Meskipun kamu mengetahui maksud dari gejala yang hampir sama seperti yang dirasakan, diagnosis hanya boleh dilakukan oleh ahlinya. Sebab, psikolog. Psikiater dan dokter lebih berkompeten mempunyai pengetahuan dan menjalani serangkaian pelatihan untuk memahami kejiwaan seseorang. Selain itu, mereka lebih objektif dalam menyelami permasalahan yang sedang kamu rasakan. 

Penutup

Demikianlah penjelasan mengenai dampak buruk self-diagnosis pada kesehatan mental. Perlu kamu ketahui, jika informasi dari internet dan media di internet tidak bisa digunakan untuk self-diagnosis terhadap berbagai masalah kesehatan seperti gangguan mental, penyakit fisik. Meningkatkan awareness terhadap mental illness itu penting sekali untuk dilakukan.

Hanya saja, mampu membekali diri dengan pengetahuan, tidak sama dengan melakukannya. Jadi, lebih baik berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui diagnosis penyakit apa yang dialami? Kamu bisa berkinsu dengan dokter, psikolog dan psikiater di Ashefa Griya Pusaka.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top