Pengertian Kontraindikasi dan yang Perlu Diperhatikan Saat Mengkonsumsi Obat - Ashefa Griya Pusaka

Pengertian Kontraindikasi dan yang Perlu Diperhatikan Saat Mengkonsumsi Obat

Kontraindikasi
Share on:

Tahukah kamu apa itu kontraindikasi? Kontraindikasi adalah keadaan yang membuat pengobatan medis tidak disarankan untuk dilakukan. Berbagai keterangan pada kemasan obat dibuat bukan tanpa alasan.

Selain komposisi, indikasi, dosis dan efek samping, memahami kontraindikasi juga penting diperhatikan. Bertujuan supaya dapat mengetahui apakah obat tersebut efektif dan aman dikonsumsi. Langsung saja yuk, simak pembahasan kontraindikasi dan perlu diperhatikan ketika mengonsumsi obat 

Kontraindikasi, Hal Diperhatikan Saat Mengkonsumsi Obat

Ketika sakit dan harus mengonsumsi obat, tentunya kamu menemukan berbagai peringatan yang tertulis di kemasan obat. Dilansir dalam buku Seri Kesehatan Umum: Pencegahan Dini Gangguan Kesehatan yang disusun oleh Dr. dr. Anies M.Kes PKK (2005: 66), menjelaskan bahwa setiap obat mempunyai indikasi, kontraindikasi, efek samping dan takaran obat yang dianjurkan. 

Penggunaan obat tanpa indikasi yang rinci bisa membahayakan. Harus memperhatikan dan mengetahui pengertian dari kontraindikasi. Kontraindikasi adalah kondisi tertentu yang membuat pengobatan medis tertentu tak disarankan atau sama sekali tidak boleh digunakan karena bisa membahayakan pasien.

Sebelum mengonsumsi obat, sebaiknya memperhatikan apa saja kontraindikasi yang tertulis pada kemasan obat yang digunakan. Apabila peringatan kontraindikasi diabaikan, kemungkinan akan menimbulkan penyakit bertambah parah menambah komplikasi penyakit baru di tubuh. 

Peringatan kontraindikasi sangat penting untuk diperhatikan supaya kamu tidak salah mengatasi penyakit yang diderita. Apabila sudah mengetahui arti kontraindikasi yang ada dalam kemasan obat, bisa membuat kamu lebih berhati-hati dalam memilih obat. Supaya tidak salah memilih obat, dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter dan mengkonsumsi obat berdasarkan resep dokter.

Jenis-Jenis Kontraindikasi

Berdasarkan sifatnya kontraindikasi terbagi menjadi dua yakni kontraindikasi relatif dan kontraindikasi absolut. Nah, berikut penjelasannya. 

1. Kontraindikasi relatif

Kontraindikasi relatif, yaitu situasi saat pengobatan atau prosedur medis tertentu tidak disarankan. Hal tersebut bentuk kehati-hatian saat dua obat atau prosedur medis digunakan secara bersamaan. Tetapi, karena sifatnya relatif prosedur medis masih tetap bisa digunakan. 

Syaratnya manfaat lebih besar dibandingkan dengan risiko yang diperoleh. Misalnya, pemeriksaan Rontgen tidak dianjurkan untuk ibu hamil. Tetapi, ada beberapa kondisi dalam pemeriksaan sangat diperlukan, maka pemeriksaan masih boleh dijalani. 

2. Kontraindikasi absolute

Kontraindikasi absolute, yaitu kondisi yang membuat pengobatan atau prosedur medis tertentu tidak disarankan. Biasanya, kontraindikasi ditetapkan karena obat atau prosedur yang dipakai bisa berbahaya maupun mengancam jiwa pasien. 

Oleh sebab itu, prosedur harus benar-benar dihindari oleh pasien. Misalnya, kontraindikasi aspirin pada anak-anak karena bisa menyebabkan sindrom Reye yang berbahaya. 

Contoh-Contoh Kontraindikasi

Adapun beberapa contoh kontraindikasi, yakni obat Paracetamol dan pemberian vaksin. Berikut penjelasannya:

1. Kontradiksi Paracetamol

Paracetamol yaitu obat yang termasuk aman, bisa digunakan oleh ibu hamil dan menyusui. Paracetamol sering dikombinasikan dengan jenis obat lain. Namun, ada beberapa kontraindikasi yang perlu diperhatikan.

Kontraindikasi Parasetamol, pemakaian tidak disarankan untuk penderita gangguan hati dan alergi obat tersebut. Walaupun Paracetamol obat yang aman, bisa menyebabkan beberapa jenis alergi pada penggunanya. Mengonsumsi obat Paracetamol juga bisa meningkatkan risiko gangguan hati, apabila dikonsumsi secara berlebihan dan anjuran dari dokter.

2. Kontraindikasi vaksin

Dalam pemberian vaksin perlu memperhatikan kontraindikasi, yakni keadaan penerima vaksin yang berpotensi meningkatkan risiko terjadinya reaksi yang merugikan. Kontraindikasi vaksin, saat seseorang tidak boleh diberi vaksin. Kontraindikasi vaksin biasanya bersifat sementara, sehingga vaksinasi bisa dilakukan di lain waktu, saat kondisi tidak ada lagi Kontraindikasi. Contoh kontraindikasi vaksin, yaitu:

  • Wanita hamil umumnya tidak diperbolehkan menerima vaksin hidup yang dilemahkan
  • Gangguan kekebalan tubuh yang parah, tidak boleh menerima vaksin virus hidup 
  • Penyakit imunodefisiensi kombinasi parah (SCID) dan riwayat intususepsi merupakan kontraindikasi untuk vaksin rotavirus.

Perbedaan Kontraindikasi dengan Indikasi dan Efek Samping

Setiap obat mempunyai kontraindikasi, efek samping dan indikasi. Kontraindikasi bisa bersifat sementara. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), larangan medis yang bersifat sementara biasa ditemukan dalam kegiatan vaksinasi.

Misalnya, pada orang yang mempunyai tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg tidak boleh menerima vaksin Covid-19. Selain itu, di suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat Celcius. Tetapi, jika suhu tubuh dan tekanan darah kembali normal, maka vaksinasi bisa diberikan.

Nah, inilah contoh larangan medis tertentu yang bersifat sementara. Jadi, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat atau menjalani prosedur medis tertentu.

Kontraindikasi sering berkaitan dengan indikasi dan efek samping obat. Berikut ini penjelasan mengenai perbedaan efek samping, indikasi dan kontraindikasi obat.

1. Perbedaan efek samping dan indikasi

Efek samping, yaitu beragam efek tidak termasuk dalam efek klinis, baik berupa efek yang berbahaya maupun merugikan. Efek samping tidak muncul dalam uji klinis dari suatu obat. 

Sementara itu, indikasi adalah penggunaan obat yang disetujui. Indikasi menentukan keadaan yang bisa diatasi oleh obat tersebut. Indikasi juga terkadang menentukan kelompok usia yang menerima obat tersebut.

Misalnya, pada obat Paracetamol indikasinya untuk mengobati rasa sakit atau demam. Tergantung, pada jenis Paracetamol yang dipilih, indikasinya dapat lebih spesifik, seperti Paracetamol anak yang diindikasikan untuk menurunkan demam yang dialami anak-anak.

Sedangkan, pada efek samping, yaitu efek negatif yang mungkin terjadi, indikasi yaitu manfaat pengobatan, dan kontraindikasi yaitu keadaan yang menyebabkan seseorang tidak dianjurkan mengonsumsi obat.

Nah, setelah memahami istilah tersebut, diharapkan bisa lebih berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan, khususnya di jual bebas.

2. Perbedaan indikasi dan kontraindikasi

Indikasi menjelaskan kondisi, gejala, atau penyakit apa saja membuat seseorang boleh menggunakan obat atau menjalani prosedur medis tertentu. Misalnya demam, nyeri ringan, atau kram menstruasi dapat diredakan dengan Ibuprofen. Sedangkan, salah satu kontraindikasi Ibuprofen yaitu asma. Pengidap asma tidak disarankan memakai Ibuprofen untuk mengatasi kondisi tersebut, karena bisa memicu kekambuhan. 

3. Perbedaan Kontraindikasi dan efek samping

Efek samping yaitu reaksi tak terduga yang kemungkinan muncul dari penggunaan obat atau prosedur medis tertentu. Hal ini bisa terjadi akibat interaksi dengan obat atau makanan.

Contohnya, saat minum Ibuprofen bisa menyebabkan efek samping diare, Heartburn, mual dan sesak napas. Tetapi, efek yang muncul bisa berbeda di setiap orang. Berbeda dengan larangan medis, lebih menekankan jika obat Ibuprofen untuk pengidap asma sudah teruji klinis bisa menyebabkan kekambuhan.

Demikianlah penjelasan mengenai kontraindikasi dan perlu diperhatikan saat mengkonsumsi obat. Jadi, kontraindikasi bisa bersifat sementara. Tentunya berbeda dengan indikasi dan efek samping.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top