Eccedentesiast Adalah: Definisi, Dampak Pada Kesehatan Mental - Ashefa Griya Pusaka

Eccedentesiast Adalah: Definisi, Dampak Pada Kesehatan Mental

Eccedentesiast Adalah: Definisi, Dampak Pada Kesehatan Mental
Share on:

Pernahkah kamu mendengar istilah eccedentesiast? Eccedentesiast adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk menyembunyikan rasa sedih di balik senyuman. Intinya seseorang berpura-pura bahagia. Apakah kamu pernah mengalaminya?

Perilaku eccedentesiast apabila terus-menerus dilakukan akan memengaruhi kesehatan mental. Kebiasaan pura-pura bahagia padahal hatinya sedang sedih sangat tidak dianjurkan oleh ahli kesehatan. Jadi, lebih baik sayangi dirimu. Mulailah untuk mengekspresikan perasaan yang kamu alami saat ini, entah itu sedih, marah, jengkel, kesal, dan senang karena perasaan tersebut hal wajar.

Lalu apa sih eccedentesiast ? Bagaimana dampak eccedentesiast pada kesehatan mental, terutama anak remaja? Nah, berikut ini penjelasan detailnya mengenai perilaku eccedentesiast atau pura-pura bahagia.

Apa Itu Eccedentesiast?

Menurut Urban Dictionary, eccedentesiast yaitu seseorang yang menyembunyikan kesedihan di balik senyumannya. Jadi, orang yang mempunyai perilaku eccedentesiast lebih cenderung tidak menunjukkan rasa sedih yang dialaminya, sehingga bersembunyi dibalik senyuman seolah tidak terjadi apapun. Selain itu, orang yang berperilaku eccedentesiast akan berupaya melakukan banyak hal terlihat bahagia oleh orang lain. Walaupun sebenarnya banyak permasalahan yang terjadi dalam hidupnya.

Perilaku eccedentesiast tidak hanya terjadi pada anak remaja saja, namun orang dewasa juga mengalaminya. Apabila, orang tersebut kurang memahami bagaimana menyampaikan emosinya, sehingga lebih memilih pura-pura bahagia. 

Ciri umum orang yang mengalami Eccedentesiast yaitu kehilangan minatnya pada segala aktivitas yang sebelumnya digemari. Mengapa bisa begitu? Sebab dalam dirinya terdapat perasaan bersalah atau peristiwa yang membuatnya sedih, sehingga merasa tidak berharga dan putus asa. Karena terlalu sedih, hal yang sebelumnya disukai tidak bisa membuatnya bahagia. Perilaku eccedentesiast hampir sama dengan Smiling Depression yaitu gangguan mental yang sering dialami oleh orang banyak.

Dampak Perilaku Eccedentesiast Pada Kesehatan Mental

Apabila perilaku eccedentesiast dibiarkan begitu saja akan memengaruhi kesehatan mental. Sebab, membuat diri semakin tertekan dan tak bisa mengekspresikan emosi. Jadi, alangkah baiknya ungkapkan perasaan yang sedang kamu alami saat ini. Dengan begitu, emosi tidak mengendap di otak secara terus-menerus. Berikut ciri beberapa perilaku eccedentesiast yang memengaruhi kesehatan mental.

1. Memberikan lebih banyak tekanan dalam diri

Memberikan pernyataan yang positif pada diri sendiri penting dilakukan. Hak ini bisa menjadi bagian dari self help untuk diri sendiri. Oleh sebab itu, sebelum melakukan sesuatu lebih baik berikan afirmasi positif pada diri sendiri bahwa kamu bisa melakukan semaksimal mungkin.

Seseorang yang mempunyai perilaku eccedentesiast sering menyadari bahwa afirmasi tersebut tak sesuai dengan kenyataan, sehingga perasaan justru menjadi negatif. Sehingga membuat dirinya merasa tertekan.

2. Menghindari kenyataan yang ada

Perilaku eccedentesiast berhubungan dengan senyuman palsu, sehingga seseorang akan menghindari perasaan yang dirasakannya saat itu. Jadi, sebaiknya kamu mengekspresikan emosi atau perasaan yang sedang dialami. Tak apa-apa menangis, sedih, marah atau kesal memang itulah emosi yang sedang dirasakan saat ini. Sudah menjadi hal yang wajar.

3. Memperpanjang masalah

Perilaku eccedentesiast membiarkan diri kamu untuk tetap tersenyum dalam keadaan pura-pura, padahal kamu sedang mengalami masalah. Jika, seperti itu, maka berdampak sulit untuk menyelesaikan masalah. Kondisi tersebut akan menghambat orang terdekat untuk mencoba membantu dalam menyelesaikan masalahmu.

Jika ada masalah lebih baik bercerita pada orang terdekat tentang persoalan yang sedang kamu hadapi, supaya hati, jiwa dan pikiran terasa lega. Meskipun tidak semua orang bisa memberi solusi, setidaknya masalah yang sedang dihadapi tidak kamu pendam sendiri.

4. Meningkatkan risiko kebiasaan buruk

Apabila seseorang terus-menerus membiarkan perilaku eccedentesiast, maka akan berisiko melakukan kebiasa buruk, misalnya minum alkohol untuk melampiaskan rasa sedihnya. Jika dibiarkan begitu saja akan menjadi kebiasaan buruk.

5. Membahayakan hubungan yang sedang terjalin

Perilaku eccedentesiast yang dibiarkan begitu saja akan berdampak buruk untuk hubungan yang sedang kamu jalani. Menyembunyikan rasa sedih yang dialami, justru membuat pasangan berpikiran jika dirinya tidak baik untuk dipercaya oleh kamu. Hubungan juga semakin memburuk, karena tak saling percaya. Padahal, saling percaya kunci utama untuk langgeng dalam menjalin hubungan. Karena hubungan yang dijalani tidak sehat, maka akan berdampak buruk untuk kesehatan mental.

Mekanisme Pertahanan Ego Dalam Bentuk Pura-Pura Bahagia

Perilaku pura-pura bahagia tak hanya dialami oleh remaja, orang dewasa pun merasakannya. Perilaku eccedentesiast yang dilakukan anak remaja sering dianggap alay. Padahal, anak remaja bisa mengalami masalah dan kecemasan sama seperti orang dewasa. Beberapa orang juga tak sadar telah mengabaikan dan memendam perasaan yang dialaminya, karena menganggap hal tersebut tak perlu diingat dan cukup dilupakan. Pada kenyataannya, mengabaikan perasaan yang menyakitkan justru akan membuat diri semakin tertekan dan masalah tak terselesaikan.

Menurut penelitian oleh Hillary Wixie Reandsi dkk  yang berjudul “Mekanisme Pertahanan Ego Dalam Bentuk Pura-Pura Bahagia di Kalangan Generasi Z dan Y” menyatakan bahwa generasi Z ( saat ini tengah berusia dibawah 26 tahun) dan generasi Y (saat ini berusia 26-37 tahun), justru menjadikan perilaku pura-pura bahagia sebagai mekanisme pertahanan ego dalam diri mereka. 

Secara umum memendam perasaan yang menyakitkan merupakan hal tidak yang wajar dan menjadi bentuk penyesuaian diri pada keadaan dan realita yang dihadapi. Tetapi, apabila dilakukan secara terus menerus dan menjadi kebiasaan justru akan menjadi perilaku neurosis. Perilaku neurosis merupakan gangguan yang didasari oleh unsur kecemasan atau psikologis yang lemah, sehingga bertingkah laku mempertahankan diri dari gangguan yang ada, bertujuan menghindari atau mengurangi rasa cemas.

Menurut penelitian oleh Sigmund Freud, istilah mekanisme pertahanan ego merupakan strategi yang digunakan individu untuk bertahan melawan ekspresi impulsif dan menentang tekanan superego. Mekanisme itu nantinya diperlukan saat impuls muncul mengalami konflik atau sama lain atau impuls mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam superego, atau adanya ancaman dari luar yang dihadapi ego hingga meredakan kecemasan. 

Penutup

Demikianlah penjelasan mengenai eccedentesiast atau pura-pura bahagia yang memengaruhi kesehatan mental. Apabila kamu mengalami permasalahan yang sulit untuk dihadapi, sebaiknya segera bercerita dengan orang terdekat. Misalnya curhat dengan sahabat, pasangan, keluarga, kerabat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. 

Meskipun permasalahan tersebut tidak bisa diatasi dengan sekejap, yang terpenting perasaan kamu lega, karena tidak menyimpan terlalu banyak beban pikiran. Jadi, jangan sepelekan masalah kesehatan mental. Apabila semakin memburuk segera konsultasikan dengan psikolog untuk memperoleh perawatan. 

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top