Pernahkah kamu mendengar istilah Maladaptive Daydreaming? Maladaptive Daydreaming yaitu keadaan ketika seseorang lebih banyak menghabiskan waktu untuk melamun selama berjam-jam, sehingga terhanyut dalam khayalan.
Secara garis besar, melamun merupakan hak yang normal dilakukan banyak orang. Tetapi, apabila sering sekali dilakukan dan berlebihan sehingga memengaruhi kehidupan nyata, maka kamu harus mewaspadainya. Kemungkinan kamu mengalami gangguan mental. Lalu, apa sebenarnya maladaptive daydreaming? Langsung saja yuk simak pembahasan berikut ini.
Apa itu Maladaptive Daydreaming?
Maladaptive daydreaming yaitu keadaan ketika seseorang melamun secara berlebihan sampai berjam-jam. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi berbagai masalah maupun beradaptasi dengan situasi yang sedang dihadapi. Penderita juga lebih cenderung terhanyut dalam khayalannya.
Kondisi tersebut termasuk dalam sifat kompulsif sehingga sangat sulit untuk dikendalikan oleh penderitanya. Sehingga, mereka bisa mengabaikan kehidupan nyata entah dalam bermasyarakat, hubungan dan bertanggungjawab atas kehidupan nyatanya.
Dilansir dari buku Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V), banyak ahli kejiwaan yang berpendapat bahwa penderita maladaptive daydreaming membutuhkan perawatan tertentu untuk mengurangi gejalanya.
Penyebab Maladaptive Daydreaming
Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari sering melamun. Tetapi, ada beberapa penyebab yang menimbulkan mekanisme koping dalam masalah tersebut, misalnya kecemasan, depresi dan gangguan mental lainnya.
Jadi, meladaptive Daydreaming sering kali terjadi pada orang yang mempunyai masalah kesehatan mental atau fungsi otak tertentu. Nah, berikut ini berbagai kondisi yang umum dialami penderitanya:
- Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD)
- Gangguan kecemasan
- Jenis depresi tertentu
- Gangguan disosiatif
- Gangguan obsesif–kompulsif (OCD).
Selain itu, usia juga memengaruhi seseorang mengalami meladaptive Daydreaming. Sering melamun terjadi kebanyakan pada orang yang berusia lebih muda, khususnya pada masa remaja dan dewasa muda. Tak sedikit orang yang mengalami sering melamun karena mempunyai riwayat pelecehan atau trauma, terutama dimasa kanak-kanak.
Gejala Maladaptive Daydreaming
Sering melamun hingga berkhayal yang dialami penderitanya dinilai mempunyai ikatan kuat dengan batinnya. Mereka dapat merasakan perasaan sedih, senang, tertawa atau menangis saat tenggelam dalam khayalan.
Gangguan tersebut, bisa mengakibatkan penderitanya melamun selama berjam-jam sendirian. Tetapi, mereka berusaha untuk mengendalikan apabila berada di tengah-tengah masyarakat. Mengidentifikasi gejala melamun berlebihan tidak mudah dilakukan, apalagi penderita tidak menyadarinya.
Penderita maladaptive daydreaming mempunyai lamunan yang sangat jelas dan rinci. Kamu perlu mengetahui apa perbedaan gejala Maladaptive Daydreaming dengan melamun biasa. Berikut ini penjelasannya.
- Lamunan sangat jelas dan terperinci.
- Lamunan kerap kali terdapat plot yang rumit dan banyak karakter di dalamnya.
- Lamunan berlangsung begitu lama, bahkan hingga berjam-jam.
- Sengaja meluangkan waktu untuk melamun.
- Memutuskan hubungan dengan lingkungan masyarakat akibat terlalu asyik dalam melamun.
Penderita maladaptive daydreaming sering bergelut dengan perasaan negatif dan efek dari masalah tersebut. Adapun beberapa masalah yang sering dialami penderitanya:
- Lebih memilih untuk melamun daripada menghabiskan waktu dengan orang lain.
- Mengalami masalah dengan pekerjaan, belajar, atau mencapai tujuan lain karena sering melamun.
- Merasa malu dan bersalah, apabila telah mengganggu kehidupannya.
- Merasa harus melamun dan kesal apabila melewatkannya.
- Merasa sulit untuk mengurangi atau berhenti melamun.
- Gangguan tidur dan insomnia.
- Gerakan yang berulang dan tidak disadari saat melamun, misalnya bergoyang-goyang.
Selain gejala seperti yang sudah dijelaskan, ada juga gejala yang bisa berupa sulit untuk fokus tetapi, sering terjadi oada penderita attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Maladaptive daydreaming sering sekali disamakan dengan skizofrenia yang memang salah satu tipe psikosis. Tetapi, keduanya mempunyai perbedaan mendasar pada tingkat kesadaran penderitanya.
Penderita gangguan melamun, sadar bahwa dirinya sedang berkhayal sehingga bisa membedakan fakta dan mimpi. Sedangkan, pada penderita skizofrenia tidak mampu membedakan realita dan fantasi.
Penanganan Maladaptive Daydreaming
Apabila kamu sudah merasakan gejala Maladaptive Daydreaming tidak ada salahnya untuk menemui ahli kejiwaan. Selama melakukan tes Maladaptive Daydreaming akan dicari seberapa parahnya kondisi berdasarkan lima faktor seperti berikut ini.
- Isi dan kualitas khayalan
- Kemampuan dalam mengontrol khayalan dan paksaan saat melamun
- Tingkat keparahan gangguan yang disebabkan lamunannya
- Pandangan mengenai kegiatan melamunnya
- Kemampuan dalam beraktivitas secara normal walaupun kerap kali mengalami maladaptive daydreaming.
Meredakan Gejala Maladaptive Daydreaming
Belum diketahui secara pasti mengenai pengobatan bagi penderita Maladaptive Daydreaming. Namun, ada beberapa hal yang disarankan oleh dokter untuk meredakan gejalanya. Seperti berikut ini:
1. Meningkatkan kualitas tidur
Kebiasaan tidur yang baik bisa meningkatkan kualitas tidur seseorang, sehingga memberikan pengaruh positif pada kondisi Maladaptive Daydreaming. Oleh sebab itu, kamu bisa melakukan beberapa hal berikut ini.
- Menetapkan dan menbuat jadwal tidur yang teratur setiap hari
- Tidur yang cukup setidaknya 7 jam setiap mmala
- Menciptakan kegiatan tidur yang menenangkan
- Berolahraga secara rutin
- Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi
2. Mengurangi rasa lelah
Kamu bisa minum minuman yang berkafein untuk mengurangi rasa lelah sehingga lebih bersemangat dalam menjalankan aktivitas. Tetapi, mengonsumsi kafein secara berlebihan mendekati waktu tidur. Pastikan kamu memperoleh paparan sinar matahari pagi.
3. Membuat catatan mengenai pola
Kamu bisa mencatat pola sering melamun yang sering dialami. Kamu bisa menulis di buku harian tentang penyebab sering melamun yang kanu rasakan, misalnya setelah menonton drama Korea. Hal tersebut bisa dilakukan supaya kamu bisa menghindari di lain waktu.
4. Memberi tahu orang lain
Apabila kamu telah mengetahui gejala dan pola kemunculannya. Cobah untuk memberitahu orang lain supaya mereka dapat membangunkan kamu ketika ada gejala Maladaptive Daydreaming.
5. Terapi
Salah satu penanganan maladaptive daydreaming dengan terapi. Misalnya pada teknik terapi cognitive behaviour therapy (CBT), teknik tersebut mampu mengendalikan keinginan seseorang untuk terjebak di dunia khayalan. Terapi CBT, membantu penderitanya memahami alasan mengapa melakukannya dan apa yang bisa dilakukan untuk mengendalikannya.
Sebagian penderita gangguan melamun mengalami kondisi lain, seperti ADHD. Jadi, mengobati keadaan yang masih berhubungan dengannya bisa membantu.
Selain itu, penderita Maladaptive Daydreaming tak perlu mengonsumsi obat apapun. Namun, ada beberapa orang yang mengalami gejala gangguan mental tersebut, terbantu dengan mengonsumsi obat mengandung fluvoxamine.
Hal tersebut hanya diklaim berdasarkan testimoni individual saja. Menggunakan obat apapun, terutama yang mempunyai efek untuk psikis sebaiknya berdasarkan anjuran dan pengawasan dari dokter
Penutup
Demikianlah penjelasan mengenai meladaptive daydreaming. Jadi, tetap waspada yang suka melamun berjam-jam bisa jadi mengalami gangguan mental. Jika dirasa ada beberapa gejala yang telah dijelaskan sebelumnya, sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Apabila kamu ingin berkonsultasi langsung dengan dokter seputar kesehatan mental, kamu bisa berkonsultasi langsung di Ashefa Griya Pusaka. Lebih baik segera mendapatkan pertolongan yang tepat, jadi jangan pernah menunda sebelum semakin parah.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka