Sindrom Asperger: Penyebab, Gejala hingga Pengobatannya - Ashefa Griya Pusaka

Sindrom Asperger: Penyebab, Gejala hingga Pengobatannya

Sindrom Asperger
Share on:

Sindrom asperger adalah bagian dari spektrum autisme dengan kemampuan sosial yang rendah. Namun, dianggap sebagai high function atau multifungsi karena masih memiliki suatu kecerdasan bahasa, intelektual atau artistik tertentu dibandingkan jenis autisme yang lain. Biasanya, menunjukkan kelebihannya sejak usia dini dan terus terlihat sampai dewasa. 

Beberapa gejala sindrom asperger yaitu canggung berbicara dengan orang lain, sulit memahami situasi sosial seperti bahasa tubuh, humor dan sarkasme. Gejalanya lebih ringan, namun terjadi juga keterlambatan motorik dan kondisi fisik yang lemah. Ketahui lebih jelas tentang gejala, penyebab dan pengobatan sindrom asperger di artikel ini. 

Apa itu Sindrom Asperger ? 

Sindrom asperger adalah gangguan perkembangan mental atau saraf yang masuk dalam golongan spektrum autisme, yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. 

Namun, pada sindrom asperger penderita masih memiliki kecerdasan dan mahir dalam bahasa, tetapi akan sedikit canggung saat berkomunikasi dengan orang lain. 

Sindrom asperger dapat diderita oleh anak-anak dan bertahan hingga dewasa. Namun, jika diagnosis dini dapat cepat ditangani agar bisa membantu penderita meningkatkan kemampuan diri untuk berkomunikasi dengan orang lain. 

Penyebab Sindrom Asperger

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom asperger, diantaranya:

  • Infeksi pada masa kehamilan, seperti cytomegalovirus dan rubella.
  • Kelahiran bayi prematur, bayi yang lahir sebelum usia 26 minggu memiliki risiko lebih besar mengalami sindrom asperger.
  • Berat badan bayi rendah.
  • Kelainan genetik yang menyebabkan gangguan pada komunikasi antar sel otak.
  • Terpapar racun dan zat pemicu kanker saat hamil.
  • Sejarah keluarga, jika keluarga memiliki satu anak yang menderita spektrum autisme maka memiliki peningkatan risiko memiliki anak lain yang mengalami hal serupa.
  • Usia orang tua saat hamil, jika hamil di usia tua meningkatkan risiko terjadinya sindrom asperger.
  • Jenis kelamin anak laki-laki memiliki risiko 4 kali lebih besar mengalami sindrom asperger dari pada anak perempuan.

Gejala Sindrom Asperger

Gejala sindrom asperger tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan penyakit autisme yang lain. Gejala sindrom asperger, diantaranya : 

  • Sulit melakukan kontak mata saat berinteraksi dengan orang lain.
  • Senang membicarakan suatu hal yang hanya ia sukai sendiri.
  • Canggung melakukan interaksi sosial baik dengan keluarganya sendiri ataupun dengan orang lain.
  • Tidak ekpresif, bahkan saat bahagia atau ada hal lucu, susah untuk tersenyum. 
  • Berbicara dengan nada datar.
  • Tidak memahami bahasa tubuh atau komunikasi non verbal.
  • Tidak senang dengan perubahan.
  • Sensitif pada cahaya, suara berisik.
  • Keterlambatan motorik, sulit melakukan kegiatan seperti mengendarai sepeda, menangkap bola dan lainnya.
  • Kondisi fisik lemah, seperti gaya berjalan yang kaku dan mudah goyah.

Adapun gejala sindrom asperger pada dewasa sama seperti anak-anak, ditambah dengan gejala seperti sangat fokus terhadap suatu rutinitas dan sangat memperhatikan suatu hal dengan mendetail dan waktu yang lama.

Pengobatan Sindrom Asperger

Pengobatan sindrom asperger bisa ditangani dengan terapi dan obat-obatan. Setiap orang akan memiliki pengobatan yang berbeda tergantung tingkat keparahannya. Bentuk terapi yang dilakukan pada sindrom asperger, yaitu : 

  1. Terapi bahasa, bicara dan sosialisasi. Terapi ini bertujuan untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain dan mengurangi obsesi suatu topik yang disukainya.
  2. Terapi perilaku kognitif, bertujuan untuk mengendalikan rangsangan yang diterima oleh tubuh seperti rasa takut, cemas, ledakan emosi dan lainnya.
  3. Terapi fisik atau fisioterapi, bertujuan melatih kekuatan anggota tubuh yang lemah. Terapi fisik membantu anak yang mengalami keterlambatan motorik. 
  4. Terapi okupasi, bertujuan meningkatkan kemampuan kognitif, respons saraf, fisik, dan pergerakan

Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi sindrom asperger, yaitu :

  1. Antidepresan, golongan selective serotonin reuptake inhibitor atau SSRI digunakan untuk mengurangi gejala depresi dan keinginan untuk melakukan hal-hal yang berulang.
  2. Antipsikotik, contohnya seperti risperidone untuk mengurangi ledakan emosi dan perilaku agresif 
  3. Anticemas, seperti benzodiazepin untuk mengurangi rasa cemas saat berinteraksi dengan orang lain

Kesimpulan 

Sindrom asperger adalah gangguan perkembangan mental yang masih masuk dalam golongan spektrum autisme. Penyebab sindrom asperger, diantaranya kelahiran bayi prematur, terpapar virus atau obat tertentu saat hamil, faktor keluarga, kelainan genetik, dan sebagainya.

Gejala yang khas seperti canggung berinteraksi dengan orang lain, tidak suka dengan perubahan, senang membahas topik yang sama, adanya keterlambatan motorik dan lemah fisik. 

Pengobatan yang dapat dilakukan dengan beberapa terapi seperti bahasa, sosial, terapi perilaku kognitif, okupasi dan fisik. Sedangkan, obat-obatan yang dapat digunakan yaitu antidepresan, antipsikotik dan obat anti cemas.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top