Borderline Personality Disorder atau gangguan mental BPD adalah gangguan kepribadian tipikal love-hate dan personality disorder yang luar biasa. Ciri kepribadiannya yang unik dan interaksi interpersonalnya sering membuat orang-orang di sekitarnya merasa bingung harus berbuat apa dalam menghadapinya.
Kesulitan dalam adaptasi interaksi interpersonal, dan situasi berinteraksi dengan orang-orang biasanya merupakan masalah khusus yang akan ditangani oleh gangguan kepribadian jenis ini dalam perawatannya. Perilaku ingin bunuh diri, melukai diri sendiri, menyalahgunakan diri sendiri dan memanipulasi emosi orang lain pada pasien gangguan mental BPD menyebabkan masalah serius termasuk juga bagi keluarga dan masyarakat, dan juga merupakan jenis kasus yang membuat banyak terapis merasa kesulitan.
Cara mengobati gangguan mental BPD juga menjadi salah satu fokus kontroversi dalam diagnosis dan klasifikasi penyakit kejiwaan dalam beberapa dekade terakhir. Termasuk penerapan metode psikoterapi pun masih menjadi topik hangat di kalangan akademis.
Menurut DSM-IV Manual of Diagnostic Guidelines for Mental Disorders diuraikan bahwa gangguan mental BPD adalah : Pola manifestasi yang luas dalam berbagai konteks lingkungan yang dimulai sebelum masa dewasa awal, sangat tidak stabil dalam hubungan, citra diri, kinerja emosional, dan sangat impulsif, sering bermanifestasi dalam lima (atau lebih) berikut ini:
- Upaya panik untuk menghindari pengabaian yang nyata atau yang dibayangkan.
- Pola interpersonal yang tidak stabil dan tegang ditandai dengan pergeseran antara idealisme yang berlebihan dan negasi nilainya.
- Identitas diri bermasalah, ketidakstabilan yang persisten dan nyata dalam citra diri atau persepsi diri.
- Perilaku impulsif yang dapat menyebabkan melukai diri sendiri setidaknya dalam dua cara, seperti menghabiskan uang, seks, penyalahgunaan zat, dan makan berlebihan.
- Perilaku, gerakan, ancaman, atau menyakiti diri sendiri yang berulang.
- Ketidakstabilan emosi karena suasana hati yang terlalu reaktif, seperti distimia yang intens dan paroksismal, lekas marah, atau cemas, biasanya hanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari.
- Merasa kosong untuk waktu yang lama.
- Kemarahan yang tidak pantas dan intens, atau kesulitan mengendalikan amarah, seperti sering mengamuk, marah terus-menerus, dan pertengkaran yang berulang.
- Pikiran delusi atau gejala disosiatif parah yang sementara terkait dengan stresor.
Pasien dengan gangguan mental BPD perlu dibedakan dengan neurosis, gangguan jiwa berat dan gangguan kepribadian lainnya. Perlu disebutkan bahwa neurosis dapat juga dialami penderita gangguan mental BPD. Pasien dengan gangguan mental BPD dapat pula disertai dengan depresi berat, yang merupakan gangguan kepribadian paling tidak unik, dan dapat dikombinasikan dengan gangguan kepribadian lainnya. Gejalanya rumit, dan identifikasinya pun lebih sulit.
Diagnosis gangguan mental BPD sering dibantu oleh penanda biologis, studi neurofisiologis, dan tes psikologis. Penanda biologis mencerminkan kelainan biokimia yang disebabkan oleh kelainan sistem yang ditentukan secara genetik. Beberapa penelitian telah menemukan penurunan aktivitas oksidasi monoamina trombosit pada pasien dengan gangguan kepribadian BPD dengan gejala afektif. Pasien dengan gangguan kepribadian ini juga memiliki gerakan mata cepat pendek yang abnormal (REM) saat tidur.
Penyebab gangguan mental BPD bisa ditinjau dari perspektif teori pembelajaran sosial. Dalam teori itu diyakini jika gangguan mental BPD adalah karena tidak memiliki tujuan yang jelas dan konsisten, tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, tidak dapat mengendalikan impuls, memiliki rasa pencapaian yang lengkap, dan tidak dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk penyesuaian stres.
Berbagai manifestasi pemikiran yang dialami penderita gangguan mental BPD diantaranya :
- Pengabaian atau kehilangan : “Saya akan selalu sendiri, tidak ada yang akan menunggu saya”.
- Tidak dapat dicintai : “Jika orang benar-benar mengenal saya, tidak ada yang akan mencintai saya dan menginginkan saya.”
- Ketergantungan : “Saya tidak bisa sendirian, saya butuh seseorang untuk diandalkan.”
- Penaklukan atau kurangnya individuasi : “Saya harus menekan keinginan saya dan memenuhi tuntutan orang lain, jika tidak mereka akan meninggalkan saya atau menyerang saya”.
- Ketidakpercayaan : “Orang-orang akan menyerang saya, menyakiti saya, merampas saya, saya harus melindungi diri saya sendiri”.
- Disiplin diri yang tidak tepat : “Saya tidak dapat memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri, saya juga tidak dapat melatih diri dengan baik.”
- Takut kehilangan kendali emosi : “Saya harus mengendalikan emosi saya atau sesuatu yang buruk akan terjadi”.
- Rasa bersalah atau hukuman : “Saya orang jahat dan saya harus dihukum”.
- Deprivasi emosional : “Tidak ada yang bisa memenuhi kebutuhan saya atau cukup kuat untuk merawat saya.”
Baca juga:
- Penanganan yang Benar untuk Penderita BPD (Borderline Personality Disorder)
- 12 Cara Mengatasi Depresi Pada Remaja
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka