Orang yang memiliki masalah kecanduan dengan morfin akan merasakan efek sampingnya. Salah satunya kerusakan organ yang dapat terjadi pada pecandu morfin adalah rusaknya sistem indra, sistem pernapasan dan lainnya. Organ tubuh yang rusak akibat penyalahgunaan morfin akan berdampak pada sistem-sistem yang berkerja pada tubuh kita.
Saat seseorang menjadi penyalahguna narkoba jenis apapun, kerusakan organ tubuh hingga kematian akan mengintai mereka. Yang akan dibahas kali ini adalah dampak kerusakan organ yang akan terjadi pada penyalahguna morfin.
Selain menimbulkan penyimpangan perilaku, penyalahguna morfin dapat menimbulkan efek negatif pada fungsi organ. Morfin termasuk narkotika, zat psikoaktif yang merupakan penyebab utama adiksi tertinggi di otak. Selain itu berpotensi mengalami penyakit jantung coroner. Untuk lebih jelasnya kerusakan organ apa saja yang akan terjadi, simak artikel ini hingga selesai.
Kerusakan Organ yang Dapat Terjadi Pada Penyalahguna Morfin
Morfin mempunyai fungsi utama yaitu dapat menghilangkan rasa nyeri dengan intensitas sedang hingga parah. Meskipun memiliki manfaat yang banyak di dunia medis, morfindapat menyebabkan kecanduan hingga overdosis. Selain itu juga dapat merusak organ tubuh.
Apa itu morfin? Morfin adalah salah satu jenis narkoba. Zat psikoaktif nya mampu berada di dalam otak sehingga memicu penyempitan pembuluh darah. Selain itu sering ditemukan pada organ ginjal sehingga dapat mengganggu sistem kerja ginjal yang berpengaruh ke seluruh organ detoksifikasi lain seperti kulit dan paru-paru.
Penggunaan morfin harus diawasi oleh dokter. Karena banyak disalahgunakan sehingga menyebabkan terjadinya berbagai masalah dalam tubuh yang merusak organ tubuh sehingga tidak berfungsi dengan baik.
Efek samping morfin dapat menyebabkan kerusakan organ. Kerusakan organ yang dapat terjadi pada penyalahguna morfin yang harus mendapat pantauan serius diantaranya kerusakan sistem saraf pusat termasuk gangguan autonomy dan depresi napas.
Hal tersebut dapat diperparah karena adanya interaksi morfin dan alkohol yang menyebabkan sedasi. Kerusakan organ yang dapat terjadi pada pecandu morfin adalah :
- Sistem indera, seperti akan terjadi penglihatan kabur atau ganda, ruam di kulit dan miosis.
- Sistem gastrointestinal, akan terjadi seperti diare, dyspepsia, mual muntah, anoreksia(sulit makan), kolik bilier (sakit akibat penyumbatan empedu), pengosongan lambung yang lama, perut kembung dan hipokalemia (kurangnya kalium dan potassium).
- Sistem kardiovaskuler dan hematologic, adanya penyakit anemia (kurang darah), palpitasi (jantung berdebar kencang), takikardi (nadi cepat), hipertensi (tekanan darah tinggi) dan bradikardi (nadi lambat).
- Sistem neuromuskoluskeletal dan psikiatri, meliputi pusing, sakit kepala, sakit punggung, halusinasi, euforia, kecemasan, agitasi (gelisah), opioid use disorder, perubahan mood, parastesia (kesemutan), mioklonus dan konfusi.
- Sistem pernafasan, seperti dispnea (sulit bernapas), hipoksia (kurangnya oksigen), edema paru atau adanya cairan berlebih di kantong paru dan bronkospasme.
- Sistem urogenital, seperti oliguria (penurunan volume kencing), retensi urine (sulit kencing), spasme kandung kemih dan penurunan libido.
- Keadaan umum seperti kondisi astenik/hilangnya kekuatan, sindrom putus obat, hyperhidrosis (berkeringat berlebihan).
- Signifikan, akan terjadi depresi sistem saraf pusat, hipotensi (tekanan darah rendah) berat, konstipasi (sulit buang air besar), sinkop/ pingsan dan hipersensitivitas/kondisi kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap zat tertentu termasuk anafilaksis (syok akibat reaksi alergi berat).
Interaksi obat pada morfin
Interkasi obat lain dengan morfin dapat mengakibatkan depresi saraf pusat, obat tersebut seperti golongan benzodiazepine dan muscle relaxant. Hal yang dapat terjadi diantaranya :
- Meningkatkan risiko depresi pernafasan
Obat yang dapat menyebabkan depresi saraf pusat dapat meningkatkan depresi napas, sedasi, hipotensi hingga koma akibat penggunaan bersama morfin. Saat digunakan dengan waktu yang bersamaan, dosis mofin harus diturunkan. Contoh golongan benzodiazepine adalah diazepam, alprazolam, codeine dan alkohol.
Morfin juga dapat meningkatkan risiko depresi napas akibat obat golongan muscle relaxant seperti metaxalone. Pada pengguna inhibitor monoamine oksidase (MAOI) seperti selegiline juga berbahaya karena interaksi obatnya dapat menyebabkan koma dan kebingungan.
Waktu yang diiberikan pada pengguna MAOI adalah 14 hari setelah menghentikan pengobatan tersebut. Interaksi lain yang dapat meningkatkan risiko depresi napas adalah obat cimetidine.
- Penurunan efikasi diuretik
Penggunaan morfin dan opioid dapat menginduksi pelepasan hormon antidiuretik. oleh sebab itu morfin dapat menurunkan tingkat kemanjuran obat golongan diuretic, contohnya seperti furosemide.
- Penggunaan dengan obat serotonergik
Saat morfin digunakan bersama obat golongan serotonergic, maka yang akan terjadi yaitu sindron serotonin yang ditandai beberapa gejala buruk pada tubuh bisa mengganggu sistem organ. Contoh obat nya adalah citalopram, duloxetine dan paroxetine.
- Penggunaan dengan opioid agonis
Penggunaan morfin dengan obat golongan agonis opioid dapat menyebabkan efikasi morfin itu sendiri. Contoh obat golongan ini adalah pentazocine, nalbuphine, buprenorphine dan butorphanol.
- Meningkatkan efek samping morfin
Jenis obat yang dapat meningkatkan efek samping morfin yaitu golongan antikolinergik seperti atropine. Penggunaanya bisa menyebabkan risiko retensi urin, paralitik, dan konstipasi. Obat anti diare dan antipasmodik seperti loperamid dan kaolin juga bisa meningkatkan risiko konstipasi jika diberikan dengan morfin secara bersamaan.
- Kondisi kesehatan tertentu
Jika seseorang sedang mengalami sleep apnea, cedera kepala, asma, penyakit hati, ginjal, kejang, penyakit tiroid, gangguan pancreas, pembesaran prostat dan , gangguan mental. Segera konsultasikan karena penggunaan morfin dapat berisko memperparah keadaan.
Penggunaan morfin juga tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang hamil, menyusui atau merencanakan kehamilan. Beri tahu juga jika sedang kecanduan alkohol atau ketergantungan Napza.
Kesimpulan
Nah itu dia pembahasan tentang kerusakan organ yang dapat terjadi pada pecandu morfin. Kerusakan organ tubuh dan kematian sebenarnya akan terjadi pada penyalahguna narkoba jenis apapun. Karena narkoba yang disalahgunakan sangat berbahaya. Zat psikoaktif dapat menyebabkan adiksi diotak, penyempitan pembuluh darah hingga sering ditemukan di ginjal sehinga tidak dapat berfungsi dengan baik.
Kerusakan organ yang dapat terjadi pada penyalahguna morfin diantaranya pada sistem kardiovaskuler atau yang berhubungan dengan nadi, jantung, pembuluh darah. Pada sistem indra terjadi pada mata dan kulit. Sistem gastrointestinal berupa gangguan diare, dyspepsia,mual muntah.
Penggunan morfin juga dapat merusak organ pernafasan seperti sulit bernapas, edema paru dan bronkospasme. Organ urogenital berupa gangguan spasme kandung kemih, retensi urin, sulit kencing dan lainnya. Pada sistem neuromuskuloskeletal terjadi pusing,sakit kepala dan sakit punggung.
Morfin juga dapat merusak psikiatri penggunanya sehingga terjadi halusinasi, perubahan mood, insomnia, gelisah dan kecemasan. Banyak sekali efek samping yang terjadi saat morfin disalahgunakan. Untuk itu jauhi penyalahgunaan morfin, gunakan hanya jika siresepkan oleh dokter dengan pengawasan yang ketat.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka