Apa itu Clonazepam dan apa kegunaannya? Clonazepam adalah obat yang termasuk dalam kelompok obat yang disebut benzodiazepine. Clonazepam berkhasiat mengurangi atau mengendalikan kejang. Clonazepam juga sering digunakan untuk mengobati epilepsi pada bayi dan anak-anak dan orang dewasa. Kecuali itu, clonazepam pun bisa difungsikan dalam mengurangi gangguan panik. Obat ini hanya dapat dikonsumsi apabila mendapatkan resep dari dokter.
Clonazepam termasuk obat anti-kejang yang bekerja dengan memperkuat kemampuan gamma-aminobutyric acid (GABA) yang merupakan senyawa alami yang dihasilkan tubuh dengan tugas meredakan aktivitas listrik otak yang terlalu aktif. Clonazepam biasanya dijual dalam bentuk tablet untuk diminum oral.
Baca juga: Clonazepam Obat apa?Ini Manfaat, Dosis dan Efek Samping
Bagaimana Cara Menggunakan Clonazepam?
Clonazepam harus dikonsumsi persis seperti yang diarahkan oleh dokter. Clonazepam harus dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap selama 2 sampai 4 minggu sampai dosis pemeliharaan yang optimal ditemukan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Biasanya, atas rekomendasi dokter dosis harian dibagi menjadi 3 dosis per hari dalam dosis yang sama untuk setiap dosis dengan interval waktu yang sama antar dosis. Jika dosis harian tidak dapat dibagi secara merata menjadi beberapa dosis, maka aturannya adalah mengkonsumsi dosis terbesar pada waktu tidur. Setelah mencapai dosis pemeliharaan yang efektif, obat dapat diminum dalam dosis harian tunggal sebelum tidur.
Dosis awal yang biasa untuk dewasa dan anak di atas 12 tahun yaitu 1 mg atau kurang per hari. Kemudian dosis ditingkatkan secara bertahap (biasanya hingga 4-8 mg per hari). Dosis harian maksimum tidak boleh melebihi 20 mg. Sementara untuk usia lanjut, dosis awal yang biasa adalah 0,5 mg atau kurang per hari. Kemudian dosis ditingkatkan secara bertahap (biasanya hingga 4-8 mg per hari). Dosis harian maksimum tidak boleh melebihi 20 mg.
Anak di bawah 1 tahun, dosis awal yang biasa adalah 0,25 mg atau kurang per hari. Kemudian, dosis ditingkatkan secara bertahap (biasanya hingga 0,5-1 mg per hari). Lalu untuk anak-anak dari 1 hingga 5 tahun, dosis awal yang biasa adalah 0,25 mg atau kurang per hari. Kemudian, dosis ditingkatkan secara bertahap (biasanya hingga 1-3 mg per hari). Selanjutnya pada anak-anak dari 5 hingga 12 tahun, dosis awal yang biasa adalah 0,5 mg atau kurang per hari. Kemudian, dosis ditingkatkan secara bertahap (biasanya hingga 3-6 mg per hari).
Kontraindikasi Clonazepam
Ada beberapa kontraindikasi yang harus diperhatikan sebelum mengkonsumsi Clonazepam yaitu :
- Jika Anda alergi (hipersensitif) terhadap clonazepam atau bahan lain dari obat ini.
- Jika Anda alergi (hipersensitif) terhadap golongan obat benzodiazepine lain, termasuk diazepam, flurazepam, temazepam.
- Jika Anda memiliki salah satu dari kondisi tadi, tanyakan kepada dokter sebelum menggunakan clonazepam.
- Jika Anda memiliki masalah pernapasan atau penyakit paru-paru.
- Jika Anda mengalami gagal hati yang parah.
- Jika Anda menderita miastenia gravis (kelemahan otot dan peningkatan kelelahan otot).
- Jika Anda menderita apnea tidur obstruktif (berhenti bernapas saat tidur)
- Jika Anda menyalahgunakan alkohol atau menggunakan obat psikoaktif.
Pasien pun harus berkonsultasi dengan dokter atau sebelum menggunakan clonazepam jika:
- Anda memiliki gagal hati, ginjal atau paru-paru.
- Pernah mengalami depresi.
- Pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri.
- Baru saja kehilangan orang yang dicintai.
- Teratur menggunakan alkohol atau narkoba atau pernah menyalahgunakan alkohol atau narkoba di masa lalu.
- Menderita ataksia tulang belakang atau serebelar (gerakan menjadi tidak akurat, keseimbangan terganggu saat berdiri, bicara cadel dan gerakan mata cepat tidur berkembang).
- Memiliki kelainan darah genetik langka yang disebut porfiria.
- Pasien lanjut usia atau pasien yang lemah.
Interaksi Obat Lain dengan Clonazepam
Pasien harus memberitahukan dokter, jika sedang mengonsumsi, baru saja mengonsumsi, atau mungkin mengonsumsi obat lain, termasuk obat bebas dan obat herbal. Clonazepam dapat mengganggu efek obat tertentu. Beberapa obat juga dapat mempengaruhi efek clonazepam seperti :
- Obat epilepsi lainnya seperti carbamazepine, hydantoins, phenobarbital, phenytoin, primidone, atau sodium valproate.
- Cimetidine (digunakan untuk mengobati masalah perut dan mulas).
- Rifampisin (antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi).
- Obat tidur.
- Obat-obatan yang digunakan untuk meredakan kecemasan (obat penenang).
- Obat penghilang rasa sakit (analgesik) dan obat yang mengurangi tonus otot (pelemas otot).
Clonazepam dikonsumsi bersamaan dengan alkohol pun harus dihindari, karena dapat menyebabkan efek samping atau kambuhnya serangan epilepsi. Sementara pada wanita hamil dan menyusui Clonazepam tidak dianjurkan, sebab memiliki efek buruk pada perkembangan janin selama kehamilan.
Baca juga: Gangguan Epilepsi, Penyebab, Gejala, dan Perawatan
Clonazepam memperlambat tingkat respons terutama ketika mulai meminumnya. Clonazepam mempengaruhi kemampuan mengemudi kendaraan, karena obat ini dapat menyebabkan kantuk dan pusing.
Efek Samping Clonazepam
Seperti semua obat-obatan, clonazepam dapat menyebabkan efek samping, meskipun tidak semua orang mendapatkannya. Beberapa efek samping yang sering terjadi adalah :
- Reaksi alergi yang dapat bermanifestasi sebagai gejala, yakni pembengkakan tiba-tiba pada laring, wajah, bibir, dan mulut. Gejala-gejala tersebut dapat menyebabkan kesulitan bernapas atau menelan. Juga bisa terjadi pembengkakan tiba-tiba pada tangan, kaki, dan pergelangan kaki dan ruam kulit atau gatal.
- Efek samping pada sistem kardiovaskular berupa sesak napas, pembengkakan pada pergelangan kaki, batuk, kelelahan dan jantung berdebar. Nyeri di daerah dada, yang dapat menjalar ke leher, bahu, dan lengan kiri.
- Efek samping ke sistem saraf termasuk perasaan agresi, agitasi, lekas marah, gugup, kecemasan, dan permusuhan. Gangguan tidur, mimpi buruk, halusinasi, mania, dan gangguan bicara, serta perkembangan jenis kejang baru yang belum pernah diamati sebelumnya.
- Kemungkinan efek samping lainnya, yaitu kantuk dan kelelahan, pusing dan peningkatan kelelahan, kelemahan otot, gerakan tersentak-sentak (koordinasi yang buruk), ketidakstabilan saat berjalan.
- Gejala-gejala berikut mungkin muncul selama periode pengobatan dengan clonazepam adalah kehilangan konsentrasi, kebingungan, perasaan hilang (disorientasi), merasa gelisah, kesulitan mengingat hal-hal baru, sakit kepala, depresi, bicara lambat atau terhenti, koordinasi motorik yang buruk termasuk goyah saat berjalan, dan meningkatkan kejadian serangan epilepsi.
- Mengganggu sistem peredaran darah, ginjal, dan hati, seperti gangguan fungsi hati (didiagnosis dengan tes hati laboratorium) dan buang air kecil tidak terkontrol.
- Masalah dengan sistem peredaran darah, yaitu gejalanya meliputi rasa lelah, memar akibat gegar otak ringan, sesak napas, dan mimisan.
- Saluran pencernaan, yakni mual dan gangguan perut
- Organ penglihatan : diplopia (penglihatan ganda) dan gerakan osilasi involunter (nistagmus)
- Sistem pernapasan, yaitu gagal napas (depresi pernapasan) dengan tanda-tanda pertama sesak napas dan pernapasan tidak merata.
- Kulit dan rambut, seperti ruam kulit, urtikaria dan pruritus, perubahan warna kulit, serta rambut rontok
- Sistem reproduksi, seperti Libido menurun dan disfungsi ereksi
- Sindrom putus obat, yaitu saat mengkonsumsi benzodiazepine seperti clonazepam, ketergantungan pada obat dapat meningkat. Oleh karena itu, dengan penghentian konsumsi mendadak atau pengurangan dosis clonazepam, maka sindrom putus obat dapat berkembang dengan gejala, seperti gangguan tidur, nyeri otot, tremor dan gelisah, peningkatan kecemasan, ketegangan, perasaan lekas marah atau agitasi, atau perubahan suasana hati, keringat meningkat, dan sakit kepala.
Itulah penjelasan mengenai obat Clonazepam yang dapat kami berikan untuk anda. Semoga artikel ini dapat membawa manfaat. Lakukan konsultasi dan rehabilitasi di Ashefa Griya Pusaka bila anda mengalami ketergantungan terhadap obat tertentu ataupun narkoba.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka