Pencegahan Kekambuhan / Relapse terhadap Penyalahgunaan Zat atau Pecandu Narkoba - Ashefa Griya Pusaka

Pencegahan Kekambuhan / Relapse terhadap Penyalahgunaan Zat atau Pecandu Narkoba

Pencegahan Kekambuhan / Relapse terhadap Penyalahgunaan Zat atau Pecandu Narkoba
Share on:

Bukan Hal Mudah namun Tidak Mustahil

Kekambuhan dalam konteks pemulihan ketergantungan narkotik adalah kembali menggunakan zat setelah berhenti untuk sekian lama dari narkotika atau alkohol. Tidak jarang orang yang berjuang dengan ketergantungan narkotika kembali kambuh setelah menyelesaikan program rehabilitasinya, dan perlu diingat bahwa kekambuhan ini  tidak berarti rehabilitasi tersebut gagal. Sebaliknya, kekambuhan mengindikasikan bahwa perlunya tambahan dan/atau bentuk pengobatan yang berbeda. Memahami kekambuhan, pemicu, dan pengobatan adalah langkah penting menuju pencegahan kekambuhan.

Mengapa Relapse Terjadi?

Kecanduan adalah kondisi medis kronis yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengontrol penggunaan narkotika terlepas dari bahaya yang ditimbulkannya dan kecanduan, atau gangguan penggunaan zat, mempengaruhi lebih dari 3 juta penduduk di Indonesia berdasarkan survey terbaru badan narkotika nasional RI.  

Karena sifat ketergantungan  yang  kronis, kambuh kembali ke penyalahgunaan zat setelah berhenti dalam beberapa waktu dari narkotika atau alkohol sering kali menjadi bagian dari penyakit. Bahkan, hampir setengah dari orang yang mengalami kecanduan narkotika atau alkohol juga mengalami kekambuhan dalam pemulihan. Diperkirakan 40 sampai 60 persen, tingkat kekambuhan penyalahgunaan zat ini mirip dengan tingkat kekambuhan penyakit medis kronis lainnya, seperti asma, hipertensi, dan diabetes.

Tingkat Kekambuhan Penyalahgunaan Zat

Pencegahan

Kecanduan adalah penyakit otak, dengan demikian, mungkin melibatkan gangguan pada sirkuit otak tertentu dan proses saraf sebagai akibat dari penggunaan narkotika atau alkohol. Jalur yang terlibat dalam bagaimana seseorang merasakan kesenangan dan memproses penghargaan, ingatan, dan pengambilan keputusan dapat diubah melalui penyalahgunaan zat. Dengan penggunaan berulang, perubahan kimia dan fungsi otak dapat mengakibatkan perkembangan ketergantungan zat. Setelah seseorang menjadi sangat tergantung secara fisik, gejala putus obat mungkin menjadi efek samping yang umum jika minum atau penggunaan narkotika dihentikan secara  tiba-tiba. Seseorang yang telah tergantung pada suatu zat mungkin tidak merasa normal bila tidak menggunakan narkotika Oleh karena itu, kembali ke penggunaan narkotika atau alkohol mungkin tampak seperti cara yang baik untuk kembali merasa baik-baik saja, mengurangi gejala putus zat, dan memenuhi keinginan yang kuat.

Kekambuhan ini bisa menjadi peristiwa tunggal atau peristiwa yang diawali dengan proses sebelmnya. Namun, sebelum mengalami kekambuhan total, seseorang mungkin mengalami kekambuhan, yang digambarkan sebagai penggunaan awal suatu zat setelah periode pemulihan. G. Alan Marlatt, Ph.D., merujuk ke sebuah fase lapse sebagai peristiwa pelanggaran atas pantangan dalam pemulihan. Menurut Marlatt, yang terpenting setelah selang waktu tertentu adalah respons emosional yang timbul dari orang tersebut terhadap lapse yang dilakukan tersebut. Respon ini dapat menjadi indikator yang baik apakah individu tersebut akan kembali kambuh dan tidak terkontrol atau tidak.

Seorang pecandu alkohol yang sedang memulihkan diri pergi ke pesta dan minum sekali.

Tanggapan mereka?

Mereka kesal dengan diri mereka sendiri karena menyerah pada godaan dan memikirkan cara untuk mengatasi situasi berisiko tinggi yang sama dengan lebih baik, seperti membawa minuman sendiri, lain kali. Individu ini lebih mungkin untuk belajar dari kesalahan mereka dan kembali merasa tenang  keesokan harinya.

Di sisi lain, jika individu tersebut merasa gagal yang tidak akan pernah bisa berhenti minum karena ajakan dan tekanan situasi, tanggapan mereka menunjukkan bahwa mereka akan lebih cenderung merasa tertekan dan kembali ke kebiasaan tidak sehat mereka.

Bergantung pada respon emosional mereka, penyimpangan membuat seseorang lebih sadar akan pemicunya dan membantu mereka mengembangkan cara yang lebih efektif untuk mengatasi situasi pemicu serupa di masa depan, atau dapat menyebabkan mereka kembali ke alkohol atau penggunaan narkoba yang bermasalah.

Pemicu Kambuh

Isyarat internal atau eksternal tertentu dapat mengaktifkan keinginan untuk kembali mengkonsumsi alkohol atau menggunakan narkotika dan meningkatkan risiko kambuh. Meskipun pemicu kekambuhan untuk setiap individu adalah unik, beberapa yang umum termasuk, Depresi, Kecemasan, Amarah, Tekanan Rekan sebaya, Kelelahan, Kesendirian, Gejala putus zat, Insomnia, atau Masalah dalam hubungan. Steven Melemis, seorang dokter spesialis masalah ketergantungan narkotika, dalam tulisannya tentang pencegahan kekambuhan, menunjukkan bahwa kambuh cenderung menjadi proses bertahap dengan tiga tahap yang berbeda, yaitu emosional, mental, dan fisik, hal ini dimulai bahkan sebelum orang tersebut kembali mengkonsumsi alkohol atau narkotika.

Kekambuhan Emosional:

Selama tahap ini, individu tidak selalu berpikir untuk minum atau menggunakan narkoba, tetapi mereka mengabaikan perawatan diri. Mereka mungkin mulai memendam emosi, mengasingkan diri dari orang lain, pola makan  buruk, dan pola tidur yang tidak sehat.

Kekambuhan Mental:

Tahap ini menjadi tarik ulur internal dan termasuk keinginan untuk kembali menggunakan narkotika atau alkohol, perasaan nostalgia terhadap  orang, tempat, dan hal-hal yang berhubungan dengan alkohol dan penggunaan narkotika, dan berbohong kepada diri mereka sendiri tentang konsekuensi yang menyertainya.

Kekambuhan Fisik:

Pada titik ini, mengkonsumsi alkohol dan/atau menggunakan narkotika dimulai dan dengan cepat meningkat ke tingkat yang tidak terkendali.

Program Perawatan Mengurangi Tingkat Kekambuhan

Kekambuhan dapat menjadi indikasi bahwa program pemulihan dan rehabilitasi perlu  disesuaikan. Berpegang teguh pada pemulihan secara keseluruhan dalam program juga penting. Observasi mendukung korelasi antara jangka waktu yang lebih lama dalam pengobatan dan hasil pengobatan yang lebih baik. Jangka waktu program pemulihan yang memadai dapat membantu memastikan bahwa berbagai masalah dan kebutuhan unik klien telah ditangani.

Perawatan profesional dapat membantu mengelola faktor psikologis dan fisik kecanduan dalam upaya mendorong pemulihan. Untuk tujuan ini, program perawatan penyalahgunaan zat yang komprehensif sering kali mencakup metode terapeutik dan farmakologis untuk mempromosikan dan mempertahankan pemulihan sambil bekerja untuk meminimalkan kekambuhan dan mengelola pemicu penggunaan.

Salah satu metode pemulihan berbasis bukti yang saat ini banyak diimplementasikan, terapi perilaku kognitif (CBT) adalah perangkatyang efektif untuk mempromosikan pencegahan kekambuhan dan meningkatkan kualitas pola pikir dalam menyikapi kekambuhan. CBT mengeksplorasi cara pikiran seseorang terkait dengan tindakan, dan terapi dapat membantu memodifikasi pola pikir negatif , sehingga secara positif mempengaruhi perilaku.

Banyak rencana perawatan yang berhasil secara khusus disesuaikan untuk setiap individu. Pencegahan kekambuhan dan strategi pemulihan lainnya dapat mempertimbangkan lingkungan orang tersebut, tingkat motivasi, tingkat keparahan kecanduan mereka, kondisi kesehatan medis dan mental yang terjadi bersama. Sistem pendukung setiap orang juga memiliki peran penting dalam pemulihan dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Scroll to Top