Pernahkah kamu mendengar istilah Imitasi? Imitasi yaitu proses belajar yang dilakukan seseorang dalam meniru atau mengikuti perilaku orang lain, entah itu sikap, penampilan, gaya bicara maupun hal lain yang dimiliki orang lain. Banyak contoh imitasi dan dampaknya bagi kehidupan seseorang.
Imitasi salah satu faktor yang mendasari proses interaksi sosial. Imitasi tak berlangsung secara otomatis, melainkan dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi sosok yang ditiru. Dalam melakukan Imitasi ada beberapa faktor psikologis yang berperan, misalnya perasaan kagum.
Selain itu, terjadinya Imitasi karena ada minat dan perhatian yang besar terhadap sesuatu yang ditiru. Minat tersebut berupa kekaguman, menyukai, rasa menghargai, dan menjunjung tinggi nilai dari hal yang ditiru. Lalu, apa contoh Imitasi dan dampak Imitasi bagi kehidupan? Simak yuk penjelasan berikut ini.
Dampak Imitasi Bagi Kehidupan
Di kutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi Jilid 1 oleh Tim Mitra Guru (2007), terdapat dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku Imitasi, yakni dampak positif dan negatif. Nah, berikut ini penjelasan mengenai dampak perilaku Imitasi.
1. Dampak positif
Imitasi bisa mendorong seseorang untuk melakukan dan memenuhi norma atau kaidah yang berlaku, sehingga bisa menciptakan kondisi masyarakat yang selaras, harmonis, stabil dan teratur. Misalnya, mengikuti gaya penyanyi terkenal, meniru pola hidup sehat di masyarakat, meniru kedisiplinannya, dan lainnya.
2. Dampak negatif
Dampak negatif Imitasi terjadi apabila mendorong seseorang untuk menentang norma dan kaidah yang berlaku. Imitasi bisa melemahkan pengembangan daya kreasi seseorang. Misalnya, seorang meniru gaya hidup penyanyi terkenal pujaannya dengan mengonsumsi obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol, memakai pakaian serba tebuka dan lainnya.
Tahap-Tahap Imitasi
Imitasi yaitu proses peniruan perilaku seorang model, sehingga bisa disebut proses modeling. Perilaku meniru bisa diaplikasikan pada jenis perilaku yang mempunyai kecenderungan kuat untuk ditiru. Proses tersebut tidak dilakukan oleh semua orang, namun pada figur tertentu. Misalnya, orang terkenal, orang yang berkuasa, orang yang sukses atau orang yang sering ditemui.
Secara umum figur yang biasa menjadi model yaitu orang tua. Namun, menurut Tarde (2010) sebelum orang meniru suatu hal, ada beberapa hal yang harus terpenuhi diantaranya:
- Mempunyai minat maupun perhatian yang cukup besar tentang yang ditiru
- Menjunjung tinggi dan mengangumi yang ditiru
- Ingin mendapatkan penghargaan sosial seperti yang ditiru
Menurut Bandura, imitasi berhubungan dengan teori belajar sosial. Belajar sosial dikenal sebagai belajar observasi atau belajar dari model, yakni proses belajar yang muncul dari hasil pengamatan, penguasaan pada proses belajar meniru, dan meniru perilaku orang lain.
Dalam meniru, terdapat proses belajar melalui pengamatan terhadap model yang akan ditiru. Dalam teori belajar sosial, seorang individu belajar tak melalui keadaan, melainkan pengamatan. Perilaku Imitasi biasanya disebabkan karena adanya perbuatan, minat, perhatian atau sikap mengagumi orang lain.
Dilansir dari jurnal Hubungan Antara Celebrity Worship dengan Perilaku Imitasi pada Remaja oleh Yolanda Bilqis Sherly (2019), terdapat tahap-tahapan yang kemudian berkembang menjadi imitasi yakni:
1. Atensi (Attention)
Memberikan perhatian, dalam melakukan tindakan Imitasi seseorang terdorong untuk memperhatikan model atau objek tiruannya. Dari sinilah, dia bisa melakukan perilaku yang sama dari model yang ditiru.
Seseorang belajar bisa melalui observasi, jika ada model yang ada secara langsung maupun tidak langsung, dan secara akurat terhadap aktivitas yang dilakukan oleh model. Respon yang baru bisa dipelajari dengan cara melihat, mendengarkan, dan memperhatikan orang lain.
Namun, tidak semua model bisa memperoleh perhatian dari seseorang. Oleh sebab itu, agar bisa mengamati model, maka perlu diarahkan dan ditingkatkan lagi perhatian pada model.
Cara untuk mengarahkan pada perhatian ke model tidak selalu sama, seperti pada anak-anak berbeda dari orang dewasa dalam mengarahkannya. Pada dasarnya untuk meningkatkan perhatian bisa menggunakan reward dan menonjolkan kualitas model.
2. Retensi (Retention)
Setelah melakukan proses pengamatan terhadap model, maka proses selanjutnya retensi dengan menyimpan memori tentang model yang dilihat. Disimpan dalam ingatannya. Tetapi, tidak semua informasi dari model disimpan. Umumnya, informasi yang disimpan adalah informasi yang menarik perhatian dan minatnya.
3. Pembentukan perilaku (Behavior Formation)
Hal yang sudah dipelajari dan disimpan dalam ingatannya maka akan diimitasi, selanjutnya diterjemahkan melalui tindakan atau perilaku.
4. Motivasi (Motivation)
Tahap penerimaan dorongan berfungsi sebagai penguatan. Penguatan bisa digunakan sebagai motivasi untuk merangsang dan mempertahankan perilaku supaya diwujudkan secara aktual di kehidupan.
Contoh-Contoh Perilaku Imitasi
Supaya lebih paham mengenai Imitasi, berikut ini beberapa contoh Imitasi positif dan negatif yang sering terjadi dalam kehidupan. Langsung saja simak contohnya.
1. Contoh Imitasi positif
- Meniru gaya berpakaian artis idola yang sewajarnya
- Meniru gaya menyanyi dari penyanyi lain
- Meniru kebiasaan belajar dari siswa lain supaya memeroleh nilai yang lebih baik
- Meniru teknik permainan sepak bola dari klub sepak bola terkenal
- Meniru cara sukses mengasuh dan mendidik anak orang lain
- Meniru perilaku disiplin seorang guru
- Meniru pembangunan tata kota di negara lain.
- Meniru cara sukses orang lain dalam menjalankan bisnis
- Meniru gaya hidup sehat dari tokoh terkenal
- Meniru budaya antre yang dipraktikkan orang lain
- Meniru berperilaku sopan santun saat berbicara dengan orang yang lebih tua
- Meniru kebiasaan rajin ibadah seperti guru mengaji atau ustadz
- Meniru hobi memancing yang dilakukan oleh orang lain
2. Imitasi Negatif
- Meniru kebiasaan minum alkohol dan pergaulan bebas pemuda pemudi
- Meniru hasil karya orang lain, entah membajak hak cipta, plagiat, dan mencontek.
- Meniru kebiasaan ugal-ugalan di jalan sehingga mengganggu kenyamanan pengguna jalan
- Meniru kebiasaan merokok
- Meniru gaya berpakaian yang bertentangan dengan norma dan kaidah yang berlaku
- Meniru kebiasaan mengonsumsi narkoba
- Mengikuti menggunakan handphone di jam pelajaran
- Meniru berperilaku kasar atau melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain
- Meniru menyiksa hewan peliharaan
- Meniru kebiasaan mengendarai sepeda motor tidak menggunakan helm
- Meniru gaya bicara yang kasar
Demikianlah informasi mengenai contoh Imitasi dan dampak perilaku Imitasi dalam kehidupannya. Lebih baik saat kita ingin meniru, lakukanlah hal yang berdampak positif bagi dirimu dan orang lain. Jangan sampai merugikan diri sendiri atau orang lain. Lebih bagus lagi tetap menjadi diri sendiri. Semoga bermanfaat penjelasan mengenai perilaku imitasi.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka