Era modern ini, anak zaman now sering membicarakan topik healing dan self-healing. Self-healing adalah metode penyembuhan penyakit bukan dengan obat, melainkan menyembuhkan, mengeluarkan perasaan dan emosi yang terpendam dalam tubuh.
Self-healing biasanya digunakan untuk mengatasi situasi terpuruk seperti putus cinta, musibah, perceraian dan peristiwa traumatis. Selain itu, untuk menghilang rasa lelah, karena beban kerja melakukan proses self-healing.
Seiring berkembangnya zaman isu mengenai kesehatan mental benar-benar harus diperhatikan. Perubahan gaya hidup dan sosial yang begitu membuat orang harus menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan. Perubahan tersebut, terkadang menimbulkan pengaruh buruk seperti kecemasan, stres hingga depresi. Lalu, apa sih self–healing? Yuk simak penjelasan berikut ini.
Pengertian Self-Healing
Healing berasal dari bahasa Inggris yang artinya penyembuhan. Ruang lingkup kata healing cukup besar. Kata Healing juga bisa dikaitkan dengan penyembuhan jiwa, perasaan, batin maupun pikiran. Oleh karena itu, muncul istilah self–healing atau penyembuhan diri.
Jadi, self-healing yaitu proses penyembuhan luka batin yang dapat mengganggu kondisi emosi seseorang. Tak bisa dihindari, setiap orang pasti mempunyai luka batin. Proses terjadinya luka batin bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perasaan atau gagal melakukan sesuatu. Selain itu, luka batin pada diri seseorang itu berbeda-beda. Pada umumnya, luka batin terjadi dalam waktu yang lama. Untuk menyembuhkan luka batin bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti meditasi, yoga, hingga relaksasi.
Tanda-tanda Seseorang Mengalami Luka Batin
Apa saja tanda-tanda seseorang mengalami luka batin, sehingga perlu melakukan self-healing? Ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang mengalami luka batin. Misalnya, pengalaman buruk di masa lalu yang tak bisa mengeluarkan perasaan sakit, sehingga membuat dirinya memendam luka batin. Nah, berikut ini tanda seseorang yang sedang memendam luka batin.:
1. Lebih sensitif dari sebelumnya
Salah satu ciri orang yang memendam luka batin yaitu lebih sensitif dari biasanya. Seperti, saat mudah menangis terhadap hal yang dianggap sepele sekalipun. Peristiwa yang telah menyakiti bisa membuat seseorang menjadi lebih mudah tersinggung dan mengeluh.
Keadaan lebih sensitif bisa dilihat saat seseorang lebih mudah marah apabila orang lain tidak memperlakukan dirinya seperti yang diharapkan. Adanya luka batin, bisa membuat seseorang tak mampu menyaring peristiwa yang ada dalam proses perlindungan diri pada rasa sakit yang berlebihan.
2. Sering muncul perasaan negatif
Seseorang yang mengalami luka batin akan lebih sering berpikiran negatif dalam dirinya saat menjalani kehidupan sehari-hari. Lebih cenderung pesimis dalam menghadapi kehidupan. Selain itu, mudah putus asa dan khawatir terhadap hal yang buruk akan menghampirinya kembali. Padahal peristiwa yang mereka anggap tersebut, hanyalah angan untuk tidak melangkah ke hak lebih baik lagi.
3. Melakukan hal negatif seperti orang yang memperlakukan mereka
Dampak terburuk dari luka batin terpendam yaitu mempunyai perilaku yang sama dengan apa yang mereka terima dari orang lain terhadap dirinya. Orang tersebut akan memaksa untuk diutamakan dari orang lain. Terkadang, mereka lebih suka memuaskan ego pribadi. Karena, mereka mempunyai kekosongan dan menggunakan perhatian orang lain dalam mengisi kehampaan atas keinginan pribadi supaya terpenuhi. Secara tak langsung, situasi tersebut dapat dikatakan sebagai pelampiasan dendam pribadi pada orang lain, hingga menyakiti diri mereka sendiri.
4. Sulit memberi maaf atau mempercayai orang lain
Cara yang bisa dilakukan untuk menghilangkan luka batin yaitu memaafkan masa lalu. Meskipun sudah memaafkan, masih saja ada ragu dan sulit untuk berdamai. Kondisi tersebut, akan mempersulit untuk bergaul dengan orang lain dan mempercayai orang lain. Makanya tak heran, apabila orang sudah terluka akan mementingkan diri sendiri tanpa peduli dengan keberadaan orang sekitar.
5. Cuek dan tidak peduli apapun
Munculnya rasa tidak peduli dengan orang lain. Keadaan ini, termasuk dampak terburuk atas rasa memendam luka batin pada diri sendiri. Jadi, mereka terus terbayang luka batin yang belum dilepaskan. Apabila sudah seperti itu, alangkah baiknya untuk mencoba menyelesaikan kondisi tersebut.
Usaha yang Keliru Untuk Melakukan Self Healing
Ada beberapa cara yang keliru saat seseorang melakukan self-healing diantaranya:
1. Menjauhkan diri secara terus-menerus
Pada umumnya individu akan berupaya menjauhkan diri dari permasalahan. Seseorang berpikiran dengan cara tersebut, akan tetap membuat dirinya berada di zona nyaman. Padahal, apabila terus berbuat demikian, justru permasalahan tak akan terselesaikan.
Selain itu, permasalahan akan semakin menumpuk, karena tak segera ditangani. Sebenarnya, boleh saja jika kamu ingin menjauh dari konflik untuk menenangkan diri. Namun, jangan terlalu lama untuk memendam permasalahan. Apabila sudah siap untuk menghadapi permasalahan, segera selesaikan dan cari solusinya.
2. Meratapi kesedihan secara berlarut-larut
Saat perasaan terluka karena trauma, kita akan merasakan bingung, lelah, tak berdaya dan terus-menerus memikirkan kesedihan tersebut. Bahkan, berharap ada yang menolong. Sah-sah saja memikirkan kesedihan, sebab itu reaksi dari emosi yang dirasakan. Tapi, jangan berlarut dalam kesedihan.
Berlarut dalam kesedihan menjadi tindakan yang salah. Hanya diam dan meratapi kesedihan membuat tidak mampu memecahkan masalah, malah lebih fokus pada kesedihan. Jadi, lebih baik mencoba untuk berdamai dengan masalah. Supaya bisa berpikir positif dalam memandang permasalahan.
3. Berusaha melupakan hingga membenci
Pernahkah kamu mendengar bahwa dalam otak kita, terdapat sebuah “lemari” yang berisi berbagai ingatan selama kita hidup? Nah, jika ingatan tersebut mempunyai atensi tinggi dan sering “dipanggil” lagi, maka ingatan tersebut nantinya menjadi tajam.
Begitupun dengan usaha untuk melupakan dan membenci ingatan buruk, maka usaha tersebut malah tak bisa menyelesaikan masalah. Bahkan memungkinkan untuk memunculkan amarah dan dendam yang berlarut. Sebaiknya, ingatan untuk membenci dan melupakan diganti dengan upaya memaafkan, mengikhlaskan dan berdamai dengan keadaan.
4. Menyakiti diri sendiri
Saat perasaan terluka, rasanya sangat sakit hati hingga mengganggu kehidupan sehari-hari dalam waktu lama. Untuk menyembuhkan sakit hati yang dialami orang berbeda-beda. Ada yang hanya dua minggu, bahkan bertahun-tahun. Akibat rasa sakit itu, cenderung akan memicu pemikiran untuk menyakiti fisik. Tindakan menyakiti fisik tentunya akan mendatangkan masalah serius dan merugikan diri sendiri.
Menyakiti diri sendiri dikenal dengan istilah self-harm. Self-harm bukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah, namun membuat semuanya menjadi bertambah runyam.
Upaya menyakiti diri sendiri akan menimbulkan dampak negatif pada pikiran dan perasaan, akan menambah kecemasan. Jadi, lebih baik sebagai bentuk pelampiasan melakukan tindakan yang positif.
5. Mengakhiri hidup
Mengakhiri hidup tentu cara yang salah saat proses self–healing. Dalam kehidupan memang sering tak sesuai dengan harapan dan tidak terarah. Permasalahan ini, membuat individu mengakhiri hidupnya sebagai solusinya.
Tindakan untuk mengakhiri hidup justru membuat permasalahan semakin tidak selesai. Jadi, seberat dan sebesar apapun masalahmu, lakukanlah self–healing dengan positif. Misalnya, berjalan santai di alam, membeli makanan yang disukai dan lainnya.
Demikianlah penjelasan mengenai Self-healing, tanda-tanda-tanda luka batin yang perlu self–healing, dan usaha yang keliru saat melakukan self–healing. Apabila kamu mempunyai keluhan luka batin, hingga membuat stres, depresi, dan rasa cemas berlebihan. Lebih baik segera konsultasikan ke psikiater atau psikolog, guna mendapatkan pertolongan yang tepat. Kamu bisa menghubungi pusat rehabilitasi Ashefa Griya Pusaka untuk berkonsultasi langsung dengan ahlinya.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka