Dehumanisasi adalah cara pandang seseorang terhadap orang lain yang dilakukan secara kurang manusiawi dan tidak menganggap orang tersebut setara dengannya.
Kamu mungkin belum familiar dengan istilah dehumanisasi. Tetapi, sikap yang sebenarnya dari perilaku ini semakin sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di sosial media.
Apalagi, sudah banyak dari pengguna sosial media ini dapat mengatakan apa saja tanpa perlu menggunakan identitas asli. Padahal, dampak dehumanisasi tersebut tidaklah sedikit. Karena dari dampaknya tersebut bukan hanya bagi orang yang menjadi korban, akan tetapi dampaknya juga bisa pada pelaku dehumanisasi itu sendiri.
Apa itu dehumanisasi?
Pengertian Dehumanisasi adalah salah satu proses psikologis yang dimana seseorang memandang orang lain secara kurang manusiawi atau ia lebih sering menganggapnya bukan manusia yang setara dengannya, sehingga tidak layak untuk mendapatkan pertimbangan moral yang sama.
Namun, seorang dehumanisasi bisa kapan aja menyebabkan konflik berkepanjangan yang membuat suatu hubungan semakin renggang serta dapat mempersulit pihak-pihak yang bertikai untuk mengakui bahwa mereka ada di komunitas yang sama, yaitu sama-sama manusia di dunia.
Untuk kondisi tersebut seringkali membuat banyak orang untuk menimbulkan kebencian dan keterasingan yang kuat di antara pihak yang berkonflik. Karena semakin lebar konflik yang terjadi, maka semakin lebar pula jarak psikologis mereka.
Dan pada akhirnya kondisi tersebut bisa mengakibatkan pengucilan moral pada pihak yang di dehumanisasi, karena akan dipandang inferior, jahat, atau bahkan tidak bermoral. Namun, kenyataan inilah yang akan membuat korban dehumanisasi dianggap layak untuk mendapatkan perlakuan yang tidak adil seperti penghinaan atau dirampas hak asasinya.
Dampak dehumanisasi untuk kesehatan mental
Dampak dehumanisasi bukan hanya untuk kesehatan mental atau yang tak hanya dirasakan oleh korban, tapi juga pada pelaku. Simak penjelasan dibawah!
1. Dampak dehumanisasi pada pelaku
Biasanya, pelaku dehumanisasi akan menjadi lebih antisosial, ketika mereka melakukannya lebih agresif maka perilaku agresifnya tersebut jadi lebih meningkat. Bahkan, ada yang membuat pelaku dehumanisasi akan lebih sering melakukan perbuatan seperti pelecehan maupun bullying.
Karna pada dasarnya, pelaku sendiri bisa mengalami emosi yang negatif, seperti rasa bersalah dan malu bisa terjadi karena perilakunya sendiri. Sehingga, hal tersebut dapat berdampak pada sikap dehumanisasi yang lebih ekstrem.
Namun, cara untuk menutupi suatu emosi negatif yang mereka rasakan, maka banyak dari mereka yang mencari pembenaran atas penganiayaan yang mereka lakukan sendiri.
Makanya, pengertian dari perilaku dehumanisasi merupakan suatu bentuk lingkaran setan, di mana dehumanisasi ini lebih mendorong ke penganiayaan dan akan sangat agresif pada korban yang selanjutnya, atau yang lebih rentan suka melakukan dehumanisasi pada orang lain.
2. Dampak dehumanisasi pada korban
Korban dehumanisasi pada korban, biasanya dirinya dapat merasakan seperti terdegradasi, tidak valid, atau kehilangan moral karena peristiwa dehumanisasi yang dialaminya setiap hari. Jadi, ketika mereka dapat memasuki kondisi “dekonstruktif kognitif” atau yang ditandai dengan berkurangnya kejernihan pikiran, mati rasa emosional. Justru, karena hal inilah yang dapat menjadi tidak fleksibel secara kognitif, dan tidak memiliki pemikiran yang bermakna.
Apalagi seorang yang mengalami dehumanisasi dalam bentuk apapun dapat membuat korban merasa sedih dan marah dalam jangka waktu yang lama. Setelah itu, orang dehumanisasi juga akan merasa bersalah dan malu.
Sehingga, dalam jangka waktu panjang, dehumanisasi yang dialami oleh korban bisa saja berujung pada munculnya berbagai penyakit mental seperti depresi, kecemasan, kegelisahan dan gangguan terkait stres.
Cara Mencegah Tindakan Dehumanisasi
Nah, setelah mengetahui pengertian dehumanisasi dan dampaknya, penting bagi Kamu untuk melakukan langkah mencegah supaya tidak terjadinya dehumanisasi atau yang berfungsi untuk memanusiakan orang-orang di sekeliling Kamu. Berikut ini adalah cara yang dapat dilakukan.
1. Jangan coba untuk merendahkan orang lain
Cara pertama adalah jangan sekali-sekali kamu mencoba untuk merendahkan orang lain. Nah, jika sudah begitu yang ada merendahkan orang lain tidak akan membuat derajatmu lebih tinggi. Justru, cara yang paling tepat adalah dengan cara mengangkat diri sendiri dan jangan lupa untuk mengangkat derajat orang lain juga. Apalagi, jika semakin besar kekuasaan yang Kamu miliki saat ini, maka ke depannya harus lebih berhati-hati lagi saat mengkritik orang lain.
2. Biasakan untuk menggunakan bahasa yang baik
Biasakan untuk menggunakan bahasa yang baik, dan jangan pernah coba menggunakan bahasa yang tidak manusiawi atau merendahkan saat mengkritik orang lain. Lalu, segera hindari kata-kata seperti istilah menghina orang lain.
3. Bicarakan secara terbuka bias yang terjadi di sekitar kamu
Ketika kamu melihat ada bias atau kondisi yang mengarah pada dehumanisasi di lingkungan kamu, baik keluarga, lingkungan pertemanan atau bahkan lingkaran kerja. Nah, jika kamu ada waktu untuk mengungkapkan hal tersebut maka segera untuk bicarakan hal itu secara terbuka.
Sebagai contoh, saat menyadari teman kamu yang bertindak tidak manusiawi pada orang lain dengan dalih bercanda, langsung ungkapan dengan cara yang baik bahwa tindakan yang dilakukannya itu tidak baik. Bahkan setelah kamu mengungkapkan itu, mungkin akan membuat hubunganmu dan temanmu menjadi tidak nyaman dan terasa canggung, tetapi ini harus dilakukan agar dehumanisasi dapat segera dihindari, diwaspadai dan dihapuskan.
4. Tumbuhkan rasa empatik
Apapun itu masalahnya, jangan pernah ragu ataupun takut untuk menunjukkan rasa empati saat menemui tindakan dehumanisasi. Karena, kamu bisa melakukannya dengan mengajukan pertanyaan ataupun suatu pernyataan untuk menarik tanggapan empatik.
Mungkin kamu akan mendapatkan tanggapan yang defensif dari beberapa orang. Namun, pastinya ada satu atau dua orang lainnya yang mau mendengarkanmu.
5. Jangan coba menyebarkan informasi yang tidak manusiawi
Mungkin bukan Kamu pelaku langsung dari dehumanisasi, tetapi jika kamu membagikan berita atau sebuah klip di sosial media yang mengandung perilaku dehumanisasi tanpa mau menyaring informasinya terlebih dahulu, maka kamu juga termasuk dalam menyebarkan informasi yang tidak manusiawi, dan kamu telah berkontribusi dalam menyebarkan hal tersebut.
Karena pada dasarnya, pembahasan yang mengenai perilaku dehumanisasi tentu tetap bisa dilakukan, namun harus dari sumbernya yang valid, informatif, dan faktual. Dan hindari untuk menyebarkan berita dari sumber yang rasis atau misoginis.
Setelah itu, sadarlah bahwa saat kamu menyebarkan berita atau sebuah video dehumanisasi, yang artinya kamu telah memancing komentar atau dukungan dari orang-orang yang mungkin memiliki ide dehumanisasi yang sama. Oleh karena itu, sangat diperlukan penyaringan yang ketat sebelum menyebarkan sesuatu yang kamu lihat di sosial media tersebut.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka