Narkotika golongan 3 memiliki tingkat risiko kecanduan paling kecil. Namun, bukan berarti tidak begitu berbahaya ketika mengkonsumsinya. Narkotika Golongan 3 apa saja? Contohnya seperti Buprenorfin, Kodein, Etilmorfina, Nikokodina, Propiram, dan Polkodina.
Dengan mengetahui golongan dan jenis narkotika, diharapkan masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau Napza. Golongan narkotika dibedakan menjadi golongan 1, 2, dan 3 sesuai tingkat bahaya kecanduannya. Berikut penjelasan tentang pembagian narkotika dan apa saja akibat yang ditimbulkannya.
Baca juga: NAPZA: Pengertian, Bahaya, Dampak Penyalahgunaan
Penggolongan Narkotika Menurut Efeknya
Narkotika dapat dibedakan menurut efeknya. Narkotika juga dapat dibagi menjadi zat kimia dan alami. Jangan terjebak dengan istilah alami. Jika menurut Anda narkotika alami kurang berbahaya, maka coba pikirkan lagi. Narkotika dapat dibagi menjadi tiga kelompok menurut efek adiktifnya, yaitu depresan, stimulan, dan halusinogen. Penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut :
- Narkotika depresan : adalah kelompok narkotika yang akan membuat penggunanya merasa lesu dan rileks karena membuat sistem saraf pusat bergerak lambat. Contoh narkotika depresan ini diantaranya : alkohol, ganja, benzodiazepin, GHB, heroin dan morfin.
- Narkotika stimulan : narkotika jenis ini memiliki efek menyegarkan karena membuat seluruh sistem saraf pusat bekerja dengan tekanan penuh. Narkotika stimulan juga disebut “high”. Contoh narkotika stimulan diantaranya : ekstasi/MDMA, kokain, amfetamin, metamfetamin, dan popper.
Baca juga: Kenali Apa Itu Obat Stimulan dan Jenisnya
- Narkotika halusinogen : zat halusinogen menghasilkan kesan sensorik di sistem saraf pusat yang tidak sesuai dengan pengaruh yang datang dari luar. Jadi misalnya pengguna seakan-akan melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada dalam kenyataan. Narkotika halusinogen juga disebut obat psikedelik. Contoh narkotika halusinogen diantaranya : LSD, jamur psilocybin dan ketamin.
Beberapa jenis narkoba 100% dibuat secara kimia, sementara yang lain sebagian besar terbuat dari tumbuhan tertentu. Fakta bahwa ada bahan alami dalam narkoba tidak berarti bahwa risikonya lebih kecil ketika mengkonsumsinya. Banyak narkoba yang berasal dari bahan ‘alami’ itu sangat berbahaya. Terlepas dari apakah narkoba itu berasal dari kimia atau alami, semuanya merugikan dan merusak tubuh dan mental penggunanya.
Baca juga: Inilah Cara Menghindari Narkoba yang Efektif Dilakukan
Mengenal Apa Saja Narkotika Golongan 3
Setidaknya ada 13 jenis obat yang masuk dalam kategori narkotika golongan 3. Beberapa yang popular seperti kodein, etil morfin, propiram, dan polkodina.
1. Kodein
Kodein dalam hal aktivitas farmakologisnya, zat ini paling dekat dengan morfin, tetapi efek analgesiknya kurang terasa. Obat ini memiliki khasiat menekan refleks batuk, dan melancarkan pernapasan. Efek analgesik dari penggunaan obat ini akan dalam 30 menit hingga satu jam dan dalam 10-40 menit setelah injeksi. Kodein juga digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang (sakit kepala, neuralgia, trauma, kolik) dan diare.
Baca juga: Obat Nyeri Otot Paling Efektif yang Tersedia di Apotek
Kodein boleh jadi akan mengakibatkan adiksi opiat. Opioid akan aktif dengan mengikat reseptor sel-sel saraf otak, sumsum tulang belakang, perut, dan beberapa bagian tubuh yang lain. Mekanisme tersebut kemudian memblok sinyal nyeri yang dikirim tubuh ke otak. Kecuali itu, opioid pun memicu pembentukan hormon endorfin dalam otak. Hormon Endorfin akan melemahkan fungsi otak ketika merespon rasa nyeri berbarengan dengan itu pula akan merangsang perasaan bahagia. Efek tersebut cukup kuat, namun cuma bertahan sementara.
2. Etil Morfin
Etil Morfin merupakan turunan morfin yang mempunyai sifat analgesik (anti nyeri) maupun antitusif (pereda batuk). Obat yang termasuk narkotika golongan 3 ini berfungsi dengan mengaktifkan reseptor opioid lalu juga berpengaruh langsung ke sistem saraf pusat. Yang dicari para pecandu narkoba dari narkotika golongan 3 ini adalah efek euphoria atau perasaan senang yang berlebihan meski itu hanya sementara. Setelah efeknya hilang, efek sebaliknya akan muncul yaitu perasaan depresi, kebingungan, dan disforia atau kecemasan berlebih.
Baca juga: Mengenal Analgesik: Obat Atasi Rasa Nyeri dan Jenis-jenisnya
Muncul risiko kecanduan dengan penggunaan obat ini terus-menerus. Tubuh pengguna akan menyesuaikan diri dengan keberadaan obat, lalu bila penggunaan distop tiba-tiba maka mengakibatkan sindrom penarikan atau withdrawal atau sakau. Bahkan pengguna pun bisa mengalami koma bila dosis yang dikonsumsi banyak. Overdosis etil morfin bisa memicu adanya pendarahan otak dan akhirnya koma.
Baca juga: Bagaimana Ciri Ciri Orang yang Sakau
3. Propiram
Dengan sekitar 10% dari efek analgesik morfin, 50 mg propiram setara dengan sekitar 60 mg kodein atau 50 mg pentazocine. Bagi banyak pasien, propiram adalah analgesik efektif yang sebanding dengan obat lain seperti petidin. Dosis normal sekitar 50-100 mg dan durasi kerja 3 hingga 6 jam.
Propiram lebih kuat dan efektif daripada kodein, lebih tahan lama dan dengan onset kerja yang lebih cepat daripada petidin. Efek samping yang mungkin timbul dengan penggunaan propiram termasuk sedasi, pusing, mual dan muntah. Propiram tersedia dalam bentuk oral, rektal, dan injeksi.
Baca juga: Mengenal Obat Petidin dan Efek Samping Penyalahgunaannya
Tahap Rehabilitasi Pecandu Narkoba
Seseorang yang menggunakan narkoba yang akhirnya menjadi pecandu masih bisa dipulihkan dengan dilakukan rehabilitasi. Ada tahap-tahap yang harus dilakukan dalam program rehabilitasi narkoba ini yaitu:
Pemeriksaan : ini ditangani dokter yang akan mengecek tingkat kecanduan pengguna dan efek samping yang dirasakan. Juga dilakukan pemeriksaan depresi yang diakibatkan penggunaan narkoba. Dengan begitu dokter akan bisa menentukan jenis penanganan yang tepat berdasarkan hasil pemeriksaan itu.
Baca juga: Narkoba Bisa Membuat Seseorang Menjadi Depresi? Simak Penjelasannya Berikut Ini!
Detoksifikasi : sebagai langkah mengeluarkan endapan racun dampak dari konsumsi narkoba. Prosesnya dijalankan dengan menghentikan konsumsi narkoba. Saat mengakhiri mengkonsumsi narkoba ini ada peluang pecandu kemudian menderita gejala putus obat atau sakau. Pengguna dalam kondisi itu harus bisa bertahan. Dokter akan memberikan obat yang bisa meredakan perasaan tak nyaman yang diakibatkan oleh penghentian konsumsi narkoba. Pecandu pun akan diberikan asupan makanan dan minuman yang mencukupi dalam upaya mengembalikan kondisi tubuh pengguna kembali normal.
Baca juga: Cara Mengatasi Gejala Putus Obat
Stabilisasi : Dalam tahap ini dokter yang menangani akan memberikan obat yang berguna dalam pengobatan jangka panjang. Penyembuhan tersebut pun meliputi juga beberapa rencana jangka panjang memulai hidup baru termasuk bagaimana menjaga mental mantan pecandu tetap stabil tak terpengaruh untuk mengkonsumsi narkoba lagi.
Support Orang Terdekat : Terus menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekat mengenai masa pemulihan bisa membantu mantan pecandu mengalihkan keinginan menggunakan narkoba lagi. Untuk tahap ini mantan pecandu tentu harus memilih orang yang bisa dipercaya, diantaranya saudara, kerabat maupun teman dekat yang dengan ikhlas mau memberikan dukungannya untuk pulih sepenuhnya dari ketergantungan narkoba.
Di mana proses rehabilitasi narkoba dilakukan? Pemerintah telah menyediakan tempat khusus untuk mereka para pecandu narkoba yang ingin sembuh sepenuhnya dari kecanduan. Telah tersedia Pusat Rehabilitasi Narkoba di beberapa kota di Indonesia seperti Ashefa Griya Pusaka.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka