Mengenali perbedaan delusi dan halusinasi, penyalahgunaan narkoba akan memperparah kondisi gangguan mental ini. Jika tidak segera ditangani dengan tepat, akibatnya akan menurunkan kualitas hidup dan mematikan.
Pengertian delusi merupakan gangguan mental yang serius dan tidak bisa membedakan kenyataan. Delusi dalam istilah medis disebut juga sebagai psikosis. Gangguan mental ini ditandai dengan sulitnya membedakan mana hal yang nyata dan mana yang imajinasi.
Akibat Penyalahgunaan Narkoba
Peredaran dan penyalahgunaan narkoba hingga saat ini merupakan masalah yang serius, karena bisa merusak generasi muda bangsa jika tidak ditanggulangi dengan tepat.
Efek penyalahgunaan narkoba juga tidak bisa dianggap remeh, selain menyebabkan kualitas hidup menurun. Korban penyalahguna juga akan mengalami delusi, halusinasi, dan sangat mematikan.
Oleh karena itu pusat rehabilitasi narkoba sangat penting guna membantu Anda mendapatkan program pemulihan yang tepat. Segera hubungi Ashefa Griya Pusaka untuk berkonsultasi mengenai penyalahgunaan NAPZA yang sedang Anda alami.
Seseorang yang mengalami gangguan delusi meyakini hal yang tidak nyata atau tak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Walaupun hal itu telah terbukti apa yang diyakini tidak benar, maka dia akan berpegang teguh pada pemikirannya dan menganggap bahwa yang diyakini itu benar.
Misalnya, seseorang yang mengalami gangguan delusi bisa saja dia mempercayai adanya alien atau UFO. Orang yang mengalami delusi mirip seperti gangguan mental, namun akan merasakan paranoid dan merasa ada orang yang ingin menyakiti atau membunuh, kenyataannya tidak ada sama sekali. Apabila gangguan mental delusi tidak segera diobati maka akan sulit dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjalani hidup yang produktif.
Apa itu Delusi dan Halusinasi?
Sudah tau belum apa itu delusi dan halusinasi? Delusi dan halusinasi merupakan penyakit gangguan mental yang perlu diwaspadai.
Delusi merupakan gangguan mental yang tidak bisa membedakan kenyataan dan imajinasi, sehingga dia percaya dan bersikap berdasarkan apa yang dipikirkan. Sementara halusinasi yaitu gejala yang ditandai karena sensasi yang diproses dari otak dan mempengaruhi kinerja Indra seseorang.
Jadi kedua gangguan mental tersebut berkaitan dengan kondisi seseorang yang mengalami hal yang tidak nyata. Delusi itu berkaitan dengan keyakinan seseorang yang sebenarnya tidak terjadi, sedangkan halusinasi hanya gejala Indra seseorang yang mengalami hal tak nyata.
Perbedaan Delusi dan Halusinasi
Berikut ini penjelasan perbedaan delusi dan halusinasi. Kerap sekali orang tertukar dengan istilah delusi dan halusinasi.
Apakah ada perbedaan diantara keduanya, lalu apa itu delusi? Delusi adalah kepercayaan penderita yang kuat dan tidak sesuai kenyataan antonim dari delusi ialah nyata, jadi penderita tak mampu membedakan antara kenyataan dan imajinasi.
Sementara halusinasi menuju pada persepsi tak nyata, misalnya mendengar, merasakan, mencium, dan lainnya yang tak nyata. Halusinasi merupakan gangguan saat indera seseorang merasakan hal yang tidak nyata.
Penyebab dan Faktor Risiko Gangguan Delusi
Penyebab terjadinya gangguan mental delusi belum diketahui secara pasti. Namun gangguan mental ini diyakini karena faktor keturunan atau genetik, lingkungan, biologis dan gangguan psikologis. Seseorang yang mempunyai keluarga dengan riwayat gangguan delusi atau gangguan mental lainnya seperti skizofrenia, akan lebih berisiko mengalami delusi.
Selain itu, delusi terjadi karena seseorang mengalami stres berat, penyalagunaan obat-obatan, kepribadian, kecanduan narkoba atau minuman beralkohol serta gangguan pada otak, akibat dari cedera kepala berat atau lainnya. Seperti penyakit Parkinson, demensia, Huntington, dan stroke.
Delusi merupakan penyakit mental yang bisa beresiko lebih buruk mempengaruhi keadaan psikologis seseorang. Biasanya terjadi karena faktor genetik, biologis, lingkungan. Berikut penjelasannya:
- Faktor Genetik
Gangguan delusi terjadi lebih berisiko pada kamu yang memiliki keluarga yang mengalami hal sama. Seperti pada orangtua yang di turunkan pada anaknya.
- Biologis
Gangguan delusi bisa terjadi karena terbentuknya bagian otak dalam proses berpikir dan persepsi sehingga adanya pertumbuhan rumor pada otak.
- Lingkungan
Gangguan delusi bisa terjadi karena seseorang mengalami stres berat. Selain itu yang lebih berisiko seperti menyalahgunakan narkoba. Seseorang yang merasakan kesepian dan terisolasi yang dikarenakan kecacatan indera pendengarannya dan penglihatan bisa mengalami delusi juga.
Apa yang Terjadi Seseorang Mengalami Delusi
Seseorang yang mengalami delusi bisa melakukan aktivitas seperti orang normal, misalnya di lingkungan kerja dan berinteraksi dengan orang lain. Tetapi mereka akan menunjukkan perub sikap yang mudah tersinggung, marah atau sedi, apabila berinteraksi dengan orang lain kemudian bersinggungan dengan yang diyakininya. Seseorang yang mengalami delusi bisa beragam, tergantung pada jenis delusi yang dialami, yakni:
- Erotomatic
Delusi ini, menyebabkan seseorang berpikiran jika ada seseorang yang jatuh cinta atau menyukainya. Keyakinan ini bisa disertai dengan sikap yang terlalu obses dan stalking pada seseorang yang ada di pikiran delusinya.
- Grandiose
Delusi yang satu ini berkaitan dengan harga diri yang dimiliki seseorang menjadi lebih tinggi, sehingga menyebabkan yang mengalami dealysi berkeyakinan bahwa dirinya merupakan orang penting, berpengaruh, memiliki bakat dan melakukan temuan yang penting.
- Jealous
Delusi ini menimbulkan perasaan yang kurang percaya pada pasangannya, mempunyai pemikiran jika pasangannya tidak setia.
- Persecutory
Persecutory merupakan delusi yang menyebabkan seseorang percaya bahwa dia atau orang disekitarnya memperlakukan tidak adil, dan merasa ada orang yang akan berbuat jahat padanya. Perilaku yang suka mengkritisi upaya penegakan hukum berlebihan juga bisa ditemukan pada orang yang mengalami delusi ini
- Somatic
Delusi ini menyebabkan seseorang percaya bhwa dirinya telah mengalami kecacatan atau mempunyai permasalahan medis di dirinya sendiri.
- Mixed
Delusi ini ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala dari jenis delusi yang bercampur.
Beragam Jenis Gangguan Delusi
Gangguan mental delusi terbagi dalam beberapa jenis, contoh gangguan delusi yang sering terjadi antara lain:
- Waham kebesaran (Grandiose)
Seseorang yang mengalami gangguan mental delusi Waham Kebesaran akan merasa dirinya lebih berkuasa, cerdas, hebat dan memiliki status sosial jauh lebih tinggi dan meyakini jika dirinya telah melakukan penemuan yang penting dan kemampuan yang hebat. Gangguan delusi juga mempunyai tendensi yang bersifat narsistik.
Tak hanya itu saja, orang yang mengalami gangguan ini akan merasa dirinya mempunyai kemampuan spesial, mempunyai relasi atau hubungan khusus dengan pubilic figure besar, misalnya presiden atau Artis terkenal. Namun pada kenyataannya dia tidak seperti itu.
- Erotomania
Seseorang yang mengalami Gangguan delusi Erotomania meyakini bahwa dirinya banyak yang menyukai, atau dikagumi oleh orang lain, biasanya orang yang terkenal atau mempunyai kedudukan penting seperti artis atau publik figur lainnya. Penderita gangguan mental ini akan melakukan menguntit dan berusaha untuk kontak dengan orang yang dijadikan sebagai sasarannya.
- Waham kejar (Persecutory)
Seseorang yang mengalami gangguan mental delusi Waham maka akan selalu merasa terancam. Karena dia meyakini akan ada orang yang ingin menganiaya dirinya, mencelakai, dan memata-matai. Orang yang mengalami gangguan tersebut akan sulit dalam percaya pada orang lain. Misalnya ada tetangga yang melewati rumahnya, penderita Gangguan ini akan menganggap dirinya terancam untuk dibunuh tetangganya padahal tidak sama sekali
- Waham cemburu
Gangguan delusi ini, penderitanya akan merasakan bahwa pasangannya tidak setia pada dirinya. Tetapi, hal tersebut tak didukung oleh fakta apapun. Terkadang orang yang mengalami gangguan delusi ini menjadi lebih cemburu dan obsesif pada pasangan.
- Waham rujukan
Orang yang memiliki gangguan delusi Waham rujukan sering sekali mengaitkan kejadian dengan kejadian yang lainnya tapi tidak saling berkaitan sama sekali. Misalnya, saat melihat kucing lewat, dia akan beranggapan bahwa akan ada bencana besar.
- Waham aneh (Bizarre)
Gangguan mental ini membuat penderitanya sering percaya pada hal yang aneh dan tidak masuk akal. Seperti percaya bahwa dirinya bisa melihat dengan tembus pandang, berbicara dengan hewan atau pikirannya bisa dikendalikan oleh alien.
- Delusi campuran
Biasanya, memungkinkan penderitanya mengalami lebih banyak gangguan delusi dengan jenis yang berbeda-beda, misalnya antara delusi Waham aneh dengan Erotomania.
Macam-macam Gejala Gangguan Delusi
Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan delusi, jika mengalami gejala delusi selama satu bulan. Gangguan ini mampu bertahan hingga berbulan-bulan, hingga lebih dengan intensitas datang dan pergi. Gejala delusi yang terjadi pada setiap orang itu berbeda, namun pada umumnya seperti berikut ini:
- Mengalami perubahan mood dan emosi
- Berbicara aneh dan tidak nyambung
- Merasa cemas dan dirinya terancam
- Percaya yang tidak masuk akal
- Mengalami perubahan perilaku
- Mengalami halusinasi
Pengobatan Untuk Gangguan Delusi
Seseorang yang mengalami gangguan delusi harus segera memperoleh pengobatan yang tepat. Jika tidak maka, penderita akan terancam sepanjang hidupnya. Walaupun tidak sebaik gangguan schizophrenia dalam segi efektivitas pengobatan delusi, namun jauh lebih cepat pulih dari gejala yang dialaminya. Jangan pernah menunda untuk melakukan pengobatan, jika tak ingin gejalanya lebih parah. Pengobatan gangguan delusi bisa dilaksanakan dengan dua cara yaitu pengobatan Farmakologi dan Psikoterapi.
Seorang penderita delusi harus mendapatkan pengobatan yang tepat. Tanpanya, kemungkinan besar pasien akan terancam sepanjang hidupnya. Meskipun tidak sebaik skizofrenia dalam hal efektivitas pengobatan delusi, namun langkah ini berpotensi mencapai pemulihan sepenuhnya atau 50% kasus gejalanya berkurang. Meskipun derajatnya tidak separah skizofrenia, seringkali penderita delusi menolak pengobatan. Padahal, seiring tertundanya pengobatan delusi, penderita akan mengalami gejala yang lebih parah.
Faktor Penyebab Terjadinya Halusinasi
Seseorang yang mengalami halusinasi dikarenakan adanya gangguan persepsi sehingga seseorang mendengar, melihat dan mencium sesuatu yang tidak sebenarnya. Geja halusinasi bisa dipicu karena beberapa penyebab yakni:
- Gangguan mental
Banyak gangguan mental yang membuat seseorang tidak bisa melihat kenyataan dan halusinasi. Halusinasi bisa terjadi pada seseorang yang mengalami sakit skrzofernia, delerium, dementia
- Penyalahgunaan obat
Penyalagunaan obat merupakan hal umum yang sering terjadi seseorang mengalami halusinasi. Seseorang yang bisa mendengar atau melihat sesuatu yang tidak real apabila mereka terpengaruh dari zat alkohol, kokain, dan obat-obatan Halusinogen.
- Kekurangan waktu tidur
Seseorang yang mengalami kekurangan waktu untuk tidur atau tidak tidur dalam beberapa hari atau lama bisa mengalami halusinasi.
- Kondisi kesehatan
Seseorang juga bisa mengalami halusinasi karena mengalami kondisi kesehatan yang tidak stabil, seperti menjalani pengobatan, penyakit kanker, AIDS, gagal ginja, livers, mengalami demam ti, mengalami Parkinson, Migrain. Cacat indera pendengaran dan penglihatan, epilepsi, dan lainnya.
Apa yang Terjadi Ketika Seseorang Berhalusinasi?
Ketika seseorang yang mengalami halusinasi akan muncul perubahan emosi atau perilaku yang sesuai dengan sensasi dialaminya dan tergantung pada indera yang terpengaruh olehnya. Berikut ini jenis halusinasinya:
- Halusinasi visual
Jenis halusinasi ini menyebabkan seseorang mengalami melihat benda atau objek yang lainnya tidak sesuai kenyataan atau tidak sebenarnya disana
- Halusinasi olfactory
Jenis halusinasi yang mempengaruhi pancaindra yaitu penciuman. Penciuman bisa dalam bentuk wangi atau bau yang tidak sedap pada dirinya sendir, objek atau orang lain.
- Halusinasi gustatory
Jenis halusinasi yang mampu mempengaruhi indera pengecap seseorang, sehingga bisa merasakan tertentu. Biasanya halusinasi ini terjadi pada seseorang yang mengalami epilepsi yang mampu merasakan permukaan besi pada lidah mereka.
- Halusinasi auditory
Seseorang yang mengalami halusinasi sehingga mempengaruhi indera pendengarannya. Sehingga dia bisa mendengar suara langkah kaki, ucapan, atau lainnya padahal itu tidak nyata
- Halusinasi tactile
Jenis halusinasi yang bisa mempengaruhi indera oerasbay sehingga seseorang merasakan gejala seperti merasakan langkah serangga, pergerakan organ ditubuhnya. Tangan seseorang yang menyentuh badannya.
Perbedaan Cara Menangani Delusi dan Halusinasi
Gangguan pada delusi bisa ditangani dengan melakukan terapi kejiwaan misalnya pada terapi perilaku kognitif, terapi keluarga, psikoterapi. Tujuan untuk melakukan terapi kejiwaan pada orang yang mengalami delusi untuk mengurangi stres dan membantu dalam berinteraksi dan mendekatkan penderita dengan keluarga dan orang terdekat. Selain terapi, diberikan obat neuroleptic dan antipsikotik untuk menekan hormon dopamine dan serotonin di otak dengan obat Anti-depresan.
Sementara itu, pada orang yang mengalami halusinasi bisa diobati dnegan pemberian obat memperlambat kerja otak. Tetapi penanganan halusinasi juga ditangani dengan mencari faktor penyebab untuk mengurangi parahnya halusinasi. Tak hanya itu, melakukan konseling berkaitan dengan kejiwaannya juga dilakukan. Supaya orang yang mengalami halusinasi bisa mengerti lebih baik mengenai keadaannya sekarang. Nah, demikianlah informasi mengenai perbedaan delusi dan halusinasi. Jika kamu merasakan gangguan mental ini atau orang lain maka segeralah untuk berkonsultasi dengan dokter atau Psikiater supaya cepat ditangani dengan tepat. Tempat untuk melakukan terapi pada gangguan mental tersebut bisa dilakukan pusat rehabilitasi Ashefa Griya Pusaka.
Demikianlah informasi tentang perbedaan delusi dan halusinasi, penderita delusi sering merasakan hal yang aneh. Seseorang yang mengalami gangguan delusi akan merasa sulit untuk melakukan interaksi sosial hingga menimbulkan gejala psikosis. Oleh sebab itu perlu sekali penderita delusi untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan oleh Psikiater. Untuk memeriksa keadaan psikiater akan melakukan pemeriksaan kejiwaan. Apabila sudah mengetahui penyebabnya, maka Psikiater akan memberikan penanganan untuk memperbaiki kualitas hidup penderita. Biasanya diberikan obat-obatan antipsikotik dan dibarengi dengan psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif.
Apabila kamu belum menemukan tempat terapi kognitif, kamu bisa melakukannya sekaligus konsultasi dengan dokter atau Psikiater di tempat rehabilitasi narkoba Ashefa Griya Pusaka. Disana, kamu akan mendapatkan pelayanan yang nyaman dan tenaga medis yang profesional.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka