Gangguan skizoafektif adalah gangguan kesehatan mental yang menimbulkan gejala skizofrenia dan juga gejala afektif (gangguan suasana hati) yang bisa menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, serta depresi.
Tidak semua orang yang mengalami gangguan skizoafektif merasa terganggu dengan keadaannya. Bahkan, ada beberapa orang yang merasa lebih baik dengan gangguan skizoafektif mereka daripada tanpa gangguan tersebut. Lalu, Apa itu skizoafektif? Artikel berikut akan memberikan penjelasan secara sederhana kepada anda.
Pengertian Gangguan Skizoafektif
Gangguan skizoafektif adalah jenis gangguan mental dengan dua gejala sekaligus yang menjadi penyebabnya, yakni skizofrenia dan juga afektif. Gejalanya sangat mirip dengan gejala psikotik persisten, dimana pengidapnya akan mengalami masalah suasana hati, depresi, hingga delusi dan halusinasi.
Skizoafektif berasal dari kata skizo yang berarti schizophrenia dan afektif yang berarti emosi. Jadi, gangguan ini merujuk pada penyakit yang mengganggu fungsi emosi seseorang.
Banyak orang yang menganggap bahwa gangguan ini hanya merupakan masalah psikologis saja. Padahal, sebenarnya gangguan ini merupakan masalah kesehatan, yang membutuhkan pengobatan. Gejala gangguan ini bisa muncul pada siapa saja, termasuk anak-anak.
Gejala Gangguan Skizoafektif
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan mental yang paling sering dijumpai. Hal ini karena gejala yang ditimbulkan cukup mirip dengan gejala gangguan psikosis. Namun, terdapat beberapa perbedaan yang membedakannya.
Gejala gangguan skizoafektif biasanya dimulai dengan munculnya perasaan tidak nyaman dan stres. Selain itu, penderita juga akan mengalami perubahan mood dan perilaku. Gejala ini akan semakin memburuk ketika penderita stress atau merasa tertekan.
Faktor Risiko Gangguan Skizoafektif
Ada beberapa faktor risiko yang memicu terjadinya gangguan skizoafektif, di antaranya:
1. Genetik
Terdapat risiko yang lebih tinggi terkena gangguan skizoafektif apabila anggota keluarga terdekat memiliki gangguan ini.
2. Trauma psikologis
Kejadian traumatik yang dirasakan seperti kematian orang yang sangat dicintai, penyiksaan fisik dan seksual, atau pengalamannya sendiri menjadi pemicu gangguan skizoafektif.
3. Masalah kesehatan mental
Masalah kesehatan mental lainnya, seperti gangguan bipolar, depresi, dan obsessive compulsive disorder (OCD).
Diagnosis Gangguan Skizoafektif
Gangguan skizoafektif biasanya didiagnosis setelah gejala muncul selama setidaknya 2 minggu. Gejala seperti halusinasi dan delusi harus ada, dan gangguan afektif harus sedang terjadi selama diagnosis.
Dalam beberapa kasus, diagnosis dapat dibuat dengan hanya menggunakan kriteria DSM-5. Tetapi, ada juga beberapa orang yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut sebelum diagnosis dapat dibuat, termasuk pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan penyakit lain yang dapat menyebabkan gejala yang sama.
Pengobatan Gangguan Skizoafektif
Perawatan untuk gangguan skizoafektif biasanya melibatkan kombinasi pengobatan dan terapi. Tujuannya adalah untuk mengelola gejala Anda, sehingga dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Jika Anda memiliki gangguan skizoafektif, Anda mungkin perlu menemui psikiater. Dia akan bekerja sama dengan Anda untuk membuat rencana perawatan yang mungkin, termasuk:
1. Psikoterapi
Jenis terapi ini dapat membantu Anda mengelola gejala dan mengajari Anda cara mengatasi pemicunya. Untuk melakukannya tentu dibutuhkan seorang psikoterapis profesional yang akan membimbing anda sebagai pasien nantinya.
2. Pengobatan medis
Anda mungkin memerlukan obat untuk mengobati gejala Anda. Antidepresan, antipsikotik, dan penstabil suasana hati adalah obat umum yang digunakan untuk mengobati gangguan skizoafektif.
3. Terapi kejang listrik (ECT)
Perawatan ini biasanya digunakan sebagai upaya terakhir, tetapi dapat menjadi pilihan jika perawatan lain tidak berhasil.
Jadi, begitulah penjelasan tentang apa itu gangguan skizoafektif. Jika Anda atau ada seseorang yang Anda kenal mengalami gejala gangguan ini, segeralah untuk mencari bantuan medis atau konsultasikan kepada psikolog dan psikiater.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka