Obat tidur adalah golongan obat dengan fungsi mengatasi masalah sulit tidur. Obat tidur dosis tinggi cuma dapat dibeli dengan resep dokter. Jika dikonsumsi tanpa petunjuk dokter, obat tidur dosis tinggi berpotensi menyebabkan berbagai efek samping dan membahayakan. Benzodiazepin adalah kelompok obat tidur dosis tinggi yang banyak digunakan saat ini.
Gangguan tidur bisa dialami setiap orang tanpa memandang usia. Alasannya bisa berbeda, seperti stres di tempat kerja atau rumah, prestasi buruk di sekolah, atau cinta yang tidak bahagia. Masalah menumpuk di siang hari ataupun malam hari membuat tidak bisa tidur. Obat tidur menjadi solusi instannya. Berapa dosis yang tepat? Apakah harus mengkonsumsi obat tidur dosis tinggi?
Baca juga: Berapa Lama Obat Tidur Bereaksi Hingga Terlelap? Simak Penjelasannya Disini!
Jenis Obat Tidur Tanpa Resep
Konsumen dapat menemukan banyak merek obat tidur yang dijual di apotek. Salah satu contohnya adalah golongan Diphenhydramine. Berbagai merek di pasaran yang paling terkenal diantaranya Sominex, Nytol, Sleepinal, Excerdin PM, Compoz, dan Tylenol PM. Selanjutnya, ada obat tidur dari golongan Doxylamine (mengandung antihistamin dan penghilang rasa sakit acetaminophen) dengan merek diantaranya Nighttime, Unisom, dan Sleep aid. Selain itu, juga ada golongan obat tidur dengan kandungan Antihistamin, yang merupakan obat penenang dengan efek anti alergi dan mengantuk.
Baca juga: Beberapa Jenis Obat Penenang dan Efek Sampingnya
Jenis Obat Tidur Dosis Tinggi
Hal yang perlu diperhatikan ketika ingin mengkonsumsi obat tidur adalah berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. Dokter yang akan memilihkan jenis obat tidur apa yang paling tepat sesuai kondisi kesehatan pasien. Mengkonsumsi obat tidur sembarangan tanpa resep dari dokter bisa menimbulkan resiko kesehatan makin tinggi dan rentan dengan overdosis. Obat tidur dosis tinggi biasanya diresepkan oleh dokter sebelum dikonsumsi.
Merek zaleplon, zolpidem, eszopiclone, maupun ramelteon termasuk dalam kategori obat tidur dosis tinggi dengan efek hipnotik yang cuma dapat dibeli dengan resep dokter. Lazimnya dokter menuliskan resep obat tidur saat pasien menderita masalah tidur, diantaranya insomnia parah. Dokter pun dapat memberikan resep obat tidur guna menyembuhkan kondisi gangguan pergerakan yang bisa mempengaruhi sesi tidur. Umpamanya RLS (restless leg syndrome) atau periodic limb movement disorder.
Baca juga: Jenis Obat Tidur dan Dampaknya Bagi Kesehatan
Dalam beberapa kasus, dengan kondisi tak bisa tidur yang parah, dokter mungkin memberikan resep obat tidur dosis tinggi dengan efek hipnotis sedatif misalnya jenis benzodiazepine. Namun, obat tidur dosis tinggi tersebut membawa risiko besar mengakibatkan kecanduan maupun komplikasi kesehatan. Karena itu, konsumsi obat tidur dosis tinggi harus mendapat pengawasan dari dokter secara seksama.
Baca juga: 8 Fakta Benzodiazepine yang Perlu Kamu Ketahui
Benzodiazepin adalah kelompok besar obat yang memiliki efek hipnotis, sedatif dan anti-kecemasan. Selain itu, benzodiazepin membantu mengendurkan otot dan mencegah kejang. Obat-obatan dari kelompok benzodiazepine biasanya diresepkan untuk menghilangkan manifestasi fisiologis dan psikologis dari kecemasan. Kecemasan adalah kondisi yang kompleks, disertai dengan manifestasi patologis otot (ketegangan berlebihan, kedutan, kejang), gejala otonom (palpitasi, keringat berlebihan, kemerahan, dll.), kewaspadaan (gangguan tidur, peningkatan perhatian, kecemasan).
Dalam beberapa dekade terakhir, karena laju kehidupan yang sibuk dan banyak stres, kecemasan dan serangan panik telah menjadi masalah yang sangat umum. Benzodiazepin telah terbukti menjadi obat paling aman untuk mengatasi semua gejala kecemasan di atas. Obat tidur dosis tinggi ini memiliki toksisitas rendah, tidak menyebabkan ketergantungan yang nyata seperti barbiturat atau alkohol, dan dalam dosis terapeutik, tidak memicu perkembangan depresi dan gangguan gerakan.
Baca juga: 4 Penyebab Depresi & Akibatnya Jika Tak Diobati
Efek Samping Menggunakan Obat Tidur
Segala macam obat termasuk obat tidur bila digunakan dalam waktu lama tentu akan memberikan efek samping buruk. Selain mengalami kecanduan, pengkonsumsi obat tidur pun bisa mengalami keracunan. Kecanduan obat tidur membuat penderita merasa tak bisa tidur dengan normal bila tidak minum obat tidur. Ini tentu berbahaya sebab bukan tak mungkin penderita akan mengkonsumsi berlebihan agar ia bisa mencapai efek yang diinginkannya. Akibatnya ia beresiko mengalami overdosis dan keracunan obat.
Baca juga: Jangan Abai ! Ini Efek Serius Obat Tidur Terhadap Kesehatan
Overdosis dan keracunan obat tidur bisa saja mengakibatkan kematian. Kematian tidak terjadi seketika, pertama terjadi keracunan pada tubuh. Ada beberapa tahapan keracunan yang memiliki karakteristiknya sendiri yaitu :
- Tahap I Peningkatan kantuk. Gejalanya seperti reaksi terhambat, gangguan orientasi dalam ruang, kemungkinan diare, muntah. Pada tahap ini, seseorang masih kontak, dapat merespon rangsangan eksternal.
- Tahap II Koma superfisial. Pasien kehilangan kontak dengan dunia luar, kesadaran terganggu, penderita tak merasakan sakit, tidak ada reaksi terhadap rangsangan, refleks tertekan. Hipersalivasi sering pula terjadi, menyebabkan air liur mengalir ke saluran pernapasan hingga pasien akan tersedak, dan tidak akan dapat meminta bantuan.
- Tahap III Koma dalam. Di sini, overdosis pil tidur memiliki konsekuensi paling parah: edema serebral, kerusakan struktur kortikal, tidak adanya semua refleks, depresi pernapasan, penurunan tekanan darah, dan insufisiensi kardiovaskular terjadi dalam perkembangan yang dinamis. Jika pasien seperti itu tidak ditolong maka hidupnya dalam bahaya serius.
- Tahap IV dokter mendiagnosis kematian klinis, dan jika efektivitas resusitasi rendah, maka kematian biologis akan terjadi.
Baca juga: Gejala dan Bahaya dari Kecanduan Pil Tidur
Overdosis obat-obatan tidak selalu membawa kematian, konsekuensi yang bisa diderita pengguna bisa saja berupa :
- Peradangan paru-paru
- Gangguan yang bersifat nekrotik dan trofik, misalnya dermatitis bulosa.
- Gangguan septik.
- Penyakit kardiovaskular yang bisa merembet ke sistem ginjal, hati, dan organ lainnya.
Jika pengguna minum obat tidur terus-menerus maka resiko kecanduan terjadi. Dan itu mengarah pada efek samping berikut ini :
- Insomnia. Pasien terbiasa dengan dosis obat yang konstan dan tidak lagi tidur tanpanya.
- Stres timbul karena kurangnya istirahat malam. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan psiko-emosional, yang mengarah pada gangguan saraf dengan tingkat keparahan yang bervariasi.
- Agresifitas. Ini adalah gejala yang juga berkembang dengan latar belakang insomnia.
- Penurunan aktivitas dan kemampuan mental. Pengguna dihadapkan pada kenyataan bahwa dia tidak berhasil melakukan hal-hal yang sebelumnya dia atasi saya dengan mudah.
- Kerusakan sirkulasi darah dan kematian lobus otak, perubahan ireversibel pada jaringan pembuluh darah, organ pendukung kehidupan, hipertensi, infark miokard, stroke dan penyakit tidak menyenangkan lainnya.
- Kematian. Dalam praktik medis, ada cukup banyak kasus ketika seseorang yang meminum obat tidur malam hari ternyata tidak bangun keesokan paginya.
Dosis Aman Obat Tidur
Hanya dokter yang bisa menentukan berapa dosis aman obat tidur yang dapat dikonsumsi penderita. Bila penderita nekat mengkonsumsi obat tidur sesuai kehendaknya, risiko berbahaya akan menghadang di depan.
Baca juga: Bahaya Mengonsumsi Obat Tidur Tanpa Resep Dokter
Minum obat tidur berlebihan bisa saja meningkatkan risiko kematian. Mengenai jumlahnya tergantung pada jenis obat, usia, karakteristik individu pengguna. Untuk beberapa jenis, satu tablet saja sudah akan bekerja, sedangkan untuk jenis obat tidur yang lain dosis beresiko bisa beberapa pil.
Menurut statistik, kematian mungkin terjadi jika pengguna minum pil tidur 4 kali lipat dosis seharusnya. Juga, hasil yang fatal tidak dapat dihindari ketika obat tidur dikonsumsi oleh orang yang minum alkohol. Remaja di bawah 14 tahun atau pengguna di atas 65 tahun dengan tekanan darah tinggi yang minum obat tidur melebihi dosis yang disarankan dokter mungkin akan tidur selamanya. Itu karena anaka-anak memiliki respons imun yang belum terbentuk dan penyerapan yang cepat, sementara orang tua karena eksaserbasi penyakit kardiovaskular.
Berikut informasi beberapa contoh obat tidur dosis tinggi yang bisa menyebabkan risiko kematian :
- Donormil, dosis mematikan adalah 10 kapsul, tetapi dosis itu tergantung individu. Untuk beberapa pengguna, dosis 3 pil saja sudah cukup mematikan jika dibarengi konsumsi alkohol.
- Melaxen, dosis mematikannya 10 tablet.
- Phenazepam, adalah obat penenang terkuat. Dosis 10 mg beresiko menyebabkan kematian.
- Zoloft, adalah obat antidepresan generasi baru. Ketika dosis terlampaui 5-6 kali, keracunan parah terjadi, dan ketika dibarengi konsumsi alkohol maka resiko kematian di depan mata.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka