Apakah kamu pernah mendengar istilah Mania? Mania adalah kondisi psikologis yang menyebabkan seseorang merasakan euforia berlebihan tanpa alasan, hiperaktif, suasana hati yang intens dan delusional. Mania juga masuk dalam gejala umum gangguan bipolar.
Mania bisa berubah lebih berbahaya, misalnya perilaku berisiko dan membahayakan diri sendiri, jadi tidak nafsu makan dan insomnia. Selain itu, berisiko lebih tinggi mengalami halusinasi dan gangguan persepsi lainnya. Lantas apa penyebab, gejala dan cara mengobati mania? Simak yuk penjelasan berikut ini.
Faktor Penyebab Mania
Menurut National Alliance on Mental Illness, mengatakan bahwa seseorang yang berisiko mengalami mania karena faktor genetik atau riwayat keluarga yang mempunyai kondisi tersebut. Namun, mempunyai anggota keluarga dengan jenis mania bukan berarti akan mengalami juga.
Baca Juga: Mania dan Hipomania yang Terjadi Pada Gangguan Bipolar
Seseorang yang rawan mengalami mania karena kondisi medis yang mendasari atau kelainan psikiatri seperti gangguan bipolar. Nah, inilah yang memicu seseorang mengalami mania. Seseorang yang mengalami mania mempunyai perbedaan kecil pada struktur atau aktivitas otak. Jadi, saat dokter melakukan diagnosis pada penderita mania atau bipolar tidak menggunakan pemindaian otak.
Selain itu, penyebabnya bisa terjadi karena perubahan lingkungan seperti kehilangan orang yang dicintai, permasalahan ekonomi atau keuangan, hubungan dengan pasangan dan lainnya. Kondisi seperti hipertiroidisme juga bisa menyebabkan mania.
Gejala Mania
Dilansir dari Mayo Clinic (2012), penderita mania akan mengalami gejala seperti rasa senang dan euforia, terlihat hiperaktif, halusinasi dan delusi. Selain itu, ada juga yang merasa gelisah dan cemas. Suasana hati yang mengalami mania bisa berubah dengan cepat dari mania ke depresif dengan tingkat energi yang rendah.
Baca Juga: Mengenal Berbagai Perbedaan Halusinasi dan Halusinogen
Seseorang yang mengalami mania akan merasa seolah-olah mempunyai jumlah energi yang luar biasa. Sehingga menyebabkan sistem tubuh pada penderitanya lebuh cepat, dan segala sesuatu bisa bergerak dengan cepat. Tidak hanya itu, penderita mania juga mempunyai pemikiran seperti berlomba dan bicara yang cepat.
Seseorang yang mengalami ini merasakan tidak ingin tidur sehingga menyebabkan kinerja menurun. Penderitanya, mungkin bisa berubah menjadi delusional dan akan mudah tersinggung, menunjukkan perilaku berisiko dan menghabiskan waktu untuk mabuk-mabukan.
Penderita mania mempunyai perilaku agresif, dan menyalahgunakan obat-obatan terlarang. Bentuk yang lebih ringan disebut hipomania. Hipomania ini berkaitan dengan gejala awal pada tingkat yang lebih rendah. Hipomania juga bertahan dalam waktu singkat dibandingkan dengan mania.
Diagnosa Mania
Dokter atau psikiater bisa mengevaluasi pasien mania dengan menanyakan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan gejala mania. Melakukan observasi langsung bisa mengindikasikan bawha pasien mempunyai jenis mania.
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders dari American Psychiatric Association, meringkas kriteria untuk jenis mania. Jenis mania harus terjadi selama seminggu, atau kurang dari seminggu apabila penderita dirawat di rumah sakit. Selain suasana hati yang terganggu, penderita harus mengalami setidaknya tiga dari gejala berikut ini:
- Mudah terganggu
- Berkaitan dengan perilaku beresiko dan impulsive seperti, mabuk-mabukan, investasi bisnis atau praktik seksual yang beresiko
- Memiliki pemikiran yang berpacu
- Mengalami gangguan tidur atau insomnia
- Memiliki perilaku obsesif
Baca Juga: Kenali Penyebab Gangguan Tidur dan Cara Mengatasinya
Seseorang mengalami mania akan mengalami gangguan di kehidupan dan hubungan negatif baik itu pasangan, kantor dan sekolah. Beberapa jenis mania sangat membutuhkan perawatan dirumah sakit.
Jenis mania mengganggu kehidupan seseorang dan mempengaruhi secara hubungan secara negative baik di kantor maupun sekolah. Beberapa jenis mania membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk menyetabilkan suasana hati penderita dan mencegah hal yang membahayakan penderita.
Halusinasi dan delusi masuk dalam bagian mania. Misalnya seseorang percaya bahwa dirinya mempunyai kekuatan super. Jadi tidak semua penderita mania itu disebabkan karena pengaruh luar seperti penyalagunaan narkoba atau alkohol.
Baca Juga: Apakah Kecanduan Alkohol dan Narkoba Itu Bisa Disembuhkan?
Pengobatan Mania
Perawatan dirumah sakit atau di rehabilitasi swasta penting sekali dilakukan, jika penderita mengalami hal yang serius disertai psikosis. Nah berikut ini pengobatan mania yang bisa dilakukan.
1. Obat-obatan
Obat-obatan hal yang paling utama untuk menangani mania. Obat-obatan bisa digunakan untuk menyeimbangkan suasana hati penderita dan mengurangi risiko melukai diri sendiri. Obat-obatan yang bisa dikonsumsi untuk penderita Mania seperti:
- Lithium
- Antipsikotika seperti aripiprazole, olanzapine, quetiapine dan risperidine.
- Antikonvulsan seperti, divalproex atau lamotrigine,asa-m valproic
- Benzodiazepines seperti alprazolam, clonazepam, diazepam atau lorazepam, chlordiazepoxide,
Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Mengenai Benzodiazepine
Obat-obatan tersebut hanya bisa didapatkan atas resep dari Dokter atau tenaga medis.
2. Psikoterapi
Baca Juga: Psikoterapis, Psikolog, dan Psikiater Apa sih Bedanya?
Menjalani psikoterapi dan konseling bisa membantu penderita mengidentifikasi munculnya mania. Mereka, bisa membantu pasien mengatur stres. Selain itu peran keluarga dan terapi kelompok penting dalam membantu pasien untuk pulih.
Pengendalian mania
Dilansir dari laman Tempo, mania itu tidak melulu bisa dicegah, tetapi kemungkinan bisa mengelola gejala supaya tidak semakin buruk dengan cara berikut ini:
- Mengurangi aktivitas dan lingkungan yang bising, ramai dan terlalu terang
- Selalu konsisten dalam menjalankan aktivitas. Seperti tidur tepat waktu yang sama, makan yang teratur dan rutin menjalankan olahraga.
- Membatasi jumlah kontak sosial yang memicu euforia
- Menghindari kondisi yang rentan tergoda untuk membuat pilihan yang berisiko misalnya, minum alkohol dan penyalagunaan obat-obatan terlarang.
Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Tubuh Dengan Efektif
Demikianlah penjelasan mengenai mania. Jadi, mania merupakan kondisi psikologis seseorang yang merasakan euforia berlebihan, perubahan suasana hati dan delusional. Jika kamu atau kerabat dekat yang mengalami hal serupa, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan ditunda-tunda, karena bisa membahayakan kondisi penderita mania dan orang lain. Kamu bisa berkonsultasi di tempat rehabilitasi Ashefa Griya Pusaka.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka